Kitab ini ditulis pujangga Mpu Prapanca, mencatat blusukan Hayam Wuruk di Kerajaan Majapahit yang menjadi cikal bakal Indonesia saat ini. Kekuasaan Majapahit dalam kitab ini tercatat hingga berada di luar wilayah Indonesia saat ini, mencakup Malaysia dan Singapura.
"Peninjauan daerah itu juga semacam blusukan, dalam bahasa Belanda yaitu tourney yang artinya pergi ke daerah. Hayam Wuruk mengunjungi tempat-tempat penting, makam raja-raja terdahulu, rakyatnya dan perguruan agama di desa-desa terpencil," kata Guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Prof Edy Sedyawati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari naskah kitab ini, imbuh Edy, bisa menjadi petunjuk makam raja-raja Jawa kuno yang belum ditemukan. Juga diceritakan bangsa-bangsa asing yang sudah berdiam di Indonesia saat itu.
Kitab ini ditulis di atas daun lontar, berbahasa dan beraksara Jawa kuno dengan bentuk kakawin alias syair dengan ungkapan yang unik.
"Kakawin itu bentuknya puisi Jawa kuno yang diatur oleh aturan ritmik yang ditentukan jumlah suku kata baris dan pola panjang pendeknya dalam satu baris atau kaidah metrum," jelas Edy.
Negarakertagama ditemukan peneliti Belanda tahun 1890-an yang kemudian dibawa ke Belanda. Beberapa puluh tahun kemudian, dengan upaya diplomasi akhirnya kitab ini dikembalikan dari Belanda, bersamaan dengan harta pusaka lainnya, termasuk pelana kuda Pangeran Diponegoro.
Kini naskah asli 'Negarakertagama', tutur Edy, tersimpan di Perpustakaan Nasional Indonesia. Buku 'Negarakertagama' yang menerbitkan dalam bahasa dan aksara Jawa kuno dalam bahasa Inggris sudah ditulis TH Pigeaude sedangkan versi bahasa Indonesianya diterjemahkan Slamet Mulyana.
(nwk/try)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini