4 Sisi Lain yang Terkuak di Sidang Cebongan

4 Sisi Lain yang Terkuak di Sidang Cebongan

- detikNews
Rabu, 03 Jul 2013 10:33 WIB
4 Sisi Lain yang Terkuak di Sidang Cebongan
Jakarta - Mulai Selasa (2/7) kemarin, sidang penyerangan LP Cebongan, Sleman, menghadirkan saksi. Dari 4 saksi yang dijadwalkan, hanya 3 yang bisa hadir. Ketiganya adalah pegawai LP. Dari mereka terungkap sisi-sisi lain penyerangan prajurit Kopassus yang menewaskan 4 tahanan.

3 Saksi yang hadir di sidang adalah Hendrawan Tri Widiyanto, Supratiknyo, dan Margo Utomo. Sedangkan yang tidak hadir adalah eks Kalapas Cebongan Sukamto Harto. Kepala Kanwil Kemenkum HAM DIY Rusdiyanto menyebut Sukamto tidak hadir karena ada keperluan. "Beliau akan hadir di lain waktu," jelasnya di Pengadilan Militer Yogyakarta, Jl Perempatan Ringroad Timur, Banguntapan, Bantul, Selasa (2/7/2013).

Hendrawan, Supratiknyo, dan Margo bersaksi untuk Serda Ucok Tigor Simbolon, Serda Sugeng Sumaryanto, dan Kopral Satu Kodik. Di tengah riuhnya pengunjung, 3 terdakwa, oditur dan hakim, ketiga saksi menyampaikan keterangan bergiliran. Fokus keterangannya terkait kronologi kejadian dan detik-detik 'eksekusi'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketiga saksi tidak bisa mengungkap secara detail kejadiannya, namun mampu merekam sisi-sisi lainnya. Berikut beberapa hal yang diungkap saksi-saksi tersebut.

1. Kopassus Dicueki

Saat kejadian, Sabtu (23/4 ) dini hari, ada 6 pegawai LP yang berjaga. Untuk mengisi waktu, mereka menonton siaran sepak bola. Saksi Hendrawan melongok melalui lobang gerbang saat pintu diketuk dari luar. Saat ia berkoordinasi dengan pimpinan, tiba-tiba pintu sudah terbuka.

"Ada 5 orang masuk dengan cara maksa. Setelah itu keluar untuk pinjam kunci ke Pak Margo. Saat mereka keluar, saya lanjutkan lihat acara bola," ungkap Hendrawan.

5 Orang 'asing' itu mengenakan sebo atau penutup wajah berwarna gelap. Dua di antaranya bersenjata laras panjang dan minta diantar ke rumah Margo yang berada di dekat kompleks LP. Margo adalah kepala keamanan LP yang memegang kunci blok. Pelaku beralasan akan 'meminjam' 4 tahanan Polda DIY.

Tak berapa lama, Margo Utomo didatangkan. Salah satu pelaku membuka penutup kepala sedahi dan berbicara dengan Margo. Beberapa pelaku merebut HP Margo dan menyuruh semua tiarap. Hendrawan mengaku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.

2. Hitungan Tembakan

Supratiknyo adalah salah satu pegawai LP Cebongan yang berjaga saat penyerangan terjadi. Ia mengaku sempat terkena tendangan atau poporan hingga setengah sadar. Saat ia tiarap, terdengar suara gaduh dan rentetan tembakan.

"Ada yang ngomong, awas ada CCTV. Saat itu suasana gaduh, ada yang nendang pintu," ungkap Supratiknyo dalam sidang.

Menjelang 'eksekusi' dan pegawai LP masih tiarap, terdengar teriakan dari blok A5, tempat 4 tahanan Polda DIY dititipkan. Ada ancaman akan ditembak dalam hitungan 1 sampai 10. Kemudian terdengar rentetan tembakan.

"Ada ancaman. Mati kalian semua, ada hitungan satu, dua, kemudian ada suara 'geser-geser, kasih jalan'," kata Supratiknyo sambil menyebut ada jeda antara rentetan tembakan pertama dan kedua.

3. Tepuk Tangan

Tepuk tangan usai 'eksekusi' sempat menjadi misteri. Ada yang menyebut kejadian itu benar-benar ada, ada yang tidak mengiyakan. Hendrawan dan Supratiknyo, misalnya. Keduanya tidak mendengar tepuk tangan itu. Tapi saksi lain, Margo Utomo, membenarkan adanya 'kemeriahan' pasca rentetan tembakan.

"Saya mendengar 3 kali rentetan tembakan. Setelah itu ada yang minta tahanan tepuk tangan," kata Margo.

Margo mendengar tepuk tangan. Plok, plok, plok! Namun ia tak berani melihat karena posisinya tiarap di bawah todongan senjata. Pun halnya dengan 6 pegawai LP lainnya.

Selama pelaku beraksi, Margo terus tiarap. Setelah pelaku pergi, baru diketahui 4 tahanan titipan Polda DIY telah tewas bersimbah darah dan penuh luka tembak.

4. 'Mengaku Kopassus'

Sejak datang hingga munculnya rentetan tembakan di Blok A5 LP Cebongan, tidak ada yang tahu siapa penyerang LP. Mereka mengenakan penutup wajah/sebo, berompi, dan bersenjata. Namun saksi Margo Utomo menyebut pelaku sempat meneriakkan ancaman yang justru mengungkap identitas penyerang.

"Ada yang katakan, siapa yang bilang Kopassus, saya tembak," kata Margo.

Margo tidak mengetahui siapa yang meneriakkan kalimat ancaman tersebut. Ia sempat diseret, dipukul, ditendang dan ditodong senjata laras panjang. Dengan pengawalan ketat, ia juga diminta menunjukkan sel tempat Dicky cs ditahan. Namun berkali-kali dia menolaknya. Kepala keamanan LP ini bersiap menelepon kalapas untuk koordinasi, tapi HP-nya direbut. Setelah itu, ia diminta tiarap.

"Saya mendengar 3 kali rentetan tembakan," ungkap Margo.

Setelah diminta tiarap, Margo tak mengetahui kejadian selanjutnya. Ia hanya mendengar tembakan, teriakan, dan tepuk tangan.
Halaman 2 dari 5
(try/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads