4 Efek Tarif Progresif dan Tiket 'Commet' KRL

4 Efek Tarif Progresif dan Tiket 'Commet' KRL

- detikNews
Selasa, 02 Jul 2013 12:51 WIB
4 Efek Tarif Progresif dan Tiket Commet KRL
(Foto: Hasan Al Habsy/detikcom)
Jakarta -

1. Tempat Park and Ride Kewalahan

Parkiran di Stasiun Bogor (Agung Pambudhy/detikcom)
Efek tarif tarif KRL yang lebih murah, Rp 2 ribu per 5 stasiun dan Rp 500 untuk tiap 3 stasiun berikutnya disambut antusias warga komuter Jabodetabek. Efek ini mulai terlihat di luar stasiun seperti fasilitas park and ride.

Seperti pantauan detikcom yang terbiasa naik KRL dari Stasiun Pondok Cina, Depok, pada Senin kemarin hingga Selasa (2/7/2013) ini fasilitas parkir khususnya untuk sepeda motor membeludak per pukul 08.30 WIB. Ada sekitar 4 fasilitas parkir yang berada di sekitar Stasiun Pondok Cina, 3 di antaranya sudah full hingga menolak-nolak motor yang hendak parkir. Padahal biasanya, fasilitas parkir ini masih agak lowong dan masih bisa menerima belasan sepeda motor lagi.

Alhasil beberapa penumpang KRL harus berputar-putar mencari parkiran sepeda motor yang masih bisa menerima motor.

2. Antrean di Stasiun

Antrean di Stasiun Tanah Abang (Hasan Al Habsy/detikcom)
Seperti mengikuti hukum penawaran dan permintaan, tarif progresif KRL yang turun ini mengundang banyak warga komuter Jabodetabek untuk menaiki moda transportasi ini. Penumpang harus melalui 3 antrean di stasiun dengan sistem kartu tiket elektronik 'Commet'.

Antrean pertama di loket stasiun untuk membeli tiket. Di sini penumpang bertiket single trip harus membeli 'Commet' dengan menyebutkan stasiun tujuan, membayar dan menunggu kembalian.

Antrean kedua saat hendak masuk ke gerbang tap in, penumpang menempelkan kartu 'Commet' hingga lampu hijau menyala sebelum bisa masuk. Antrean ketiga, penumpang yang datang hendak menempel kartu tap out untuk keluar gerbang.

Antrean panjang mengular dilaporkan terjadi antara lain di Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Bekasi.

"Hari ini antrean sudah sedikit terurai karena sudah banyak yang membeli kartu Multitrip, sudah terjual 30% dari jumlah penumpang, sekitar 60 ribu kartu," jelas Humas PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa ketika dihubungi, Selasa (2/7/2013).

3. Gerbong Membeludak

(foto: dok detikcom)
Antrean di stasiun ini merembet ke peron kemudian ke gerbong kereta Commuter Line. Beberapa kereta bahkan dipenuhi penumpang sampai pintu gerbong tak bisa ditutup.

Sebelum ada kartu 'Commet' dan tarif progresif, jam-jam sibuk adalah jam 06.00 - 08.00 WIB, pukul 08.00 WIB ke atas biasanya kereta sudah agak lega. Namun Senin kemarin, penumpang tetap penuh kendati di atas pukul 08.00 WIB.

4. 200 Ribu Kartu Commet Hilang

(foto: dok detikcom)
Sejak diujicobakan mulai Mei-Juni 2013, kartu 'Commet' sudah hilang 200 ribu kartu. Menurut Humas PT KCJ Eva Chairunisa didapatkan informasi bahwa Commet yang disediakan untuk KRL totalnya adalah sekitar 800 ribu sampai 1,2 juta kartu. Stok kartu di masing-masing stasiun dilipat dua hingga tiga dari rata-rata jumlah penumpang harian.

"Ada sekitar 800 ribuan sampai 1,2 juta (kartu). Penumpang kita sekarang kan 500 ribuan, jangan khawatir kartunya habis," ujar Eva ketika dihubungi detikcom, Senin (13/5/2013).

Namun Menteri BUMN Dahlan Iskan menyebutkan, sejak sosialisasi penerapan E-Ticketing hingga penerapan secara resmi yang dilakukan mulai hari ini, sudah 200.000 kartu Commet yang hilang. Hilangnya tiket ini karena penumpang membawa pulang untuk dijadikan kenang-kenangan. Melihat kondisi ini, Dahlan meminta KAI untuk menyiasati kondisi ini.

"Masih ada problem, kartu ini dimasukkan (pintu keluar), tapi banyak orang kartu jadi kenang-kenangan. Sampai saat ini yang hilang sudah 200.000 tiket," kata Dahlan saat menyaksikan penerapan E-Ticketing & Tarif Progresif di Stasiun Manggarai Jakarta, Senin (1/7/2013).

Alhasil PT Kereta Api Indonesia (KAI) rugi Rp 800 juta.

"Satu kartu saja Rp 4.000. Ya tinggal dikali 200 ribu tiket," kata Direktur Utama KAI Ignasius Jonan di sela acara BUMN Executive Gathering di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (1/7/2013).

KAI akan mencetak ulang tiket tersebut namun dicetak dengan tampilan yang tak menarik untuk menghindari peristiwa serupa terulang.
Halaman 2 dari 5
(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads