Pak RT di Senen Ini Punya Rumah 2x3 Meter Tapi Tak Dapat 'Balsem'

Kisah Pembagian \'Balsem\'

Pak RT di Senen Ini Punya Rumah 2x3 Meter Tapi Tak Dapat 'Balsem'

- detikNews
Kamis, 27 Jun 2013 12:24 WIB
(Foto: Ajeng Anasstasia Kinanti/detikcom)
Jakarta - Sanadji (67), adalah Ketua RT 15/RW 04 di Kelurahan Senen, Jakarta Pusat. Sanadji memiliki rumah seukuran 3x2 meter yang ditinggali bersama 4 cucu, 1 cucu menantu dan 1 cicitnya. Kendati demikian, Sanadji tak dapat Bantuan Langsung Sementara alias 'Balsem'.

Rumah Sanadji berjarak 50 meter dari kantor Kelurahan Senen, masuk gang sempit. Kendati dari batu-bata, rumah Sanadji 'hanya' berukuran 2x3 meter. 1 Meter untuk teras plus gudang plus jemuran, dan 2x2 meter untuk ruang 'serbaguna'.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teras rumah Sanadji, untuk gudang dan tempat jemuran (Foto: Ajeng AK/detikcom)

Masuk ke dalam rumahnya, ada kamar mandi berukuran 50x50 cm di sebelah kiri, tak ada ember, cuma keran dan kakus. Kaki basah terciprat air dari kamar mandi yang hanya ditutupi gorden.

Kemudian ruang tamu, ruang tidur dan dapur jadi satu. Di ruangan itu ada karpet, kasur lipat, magic jar, dispenser, jug air dan berbagai printilan barang rumah tangga lainnya. Di ruangan itu, Sanadji tinggal bersama 4 cucunya, yang salah satunya menderita tuna grahita. Dan satu dari 4 cucunya baru saja melahirkan 15 hari yang lalu.

"Cucu saya yang sudah menikah belum mampu, jadi masih tinggal di sini," jelas Sanadji.

Ketiga anak Sanadji semuanya sudah meninggal karena sakit, di antaranya sakit liver hingga cucunya dipelihara dirinya. Cucu plus menantunya juga tak ada yang berpenghasilan tetap, semuanya kerja serabutan. Kendati demikian Sanadji yang sudah ditinggal istrinya 3 tahun lalu ini juga tak keberatan ditinggali cucu-cucunya karena Sanadji sudah renta dan tak ingin sendiri.

Sanadji sendiri bekerja dengan menjual es sirop di depan gang rumahnya.

"Alhamdulillah kalau laku sampai 2-3 botol per hari, pernah sering juga nggak ada yang beli sama sekali hari itu. Tapi Alhamdulillah kalau rezeki ada aja yang ngasih. Per hari Rp 10 ribu-an, Rp 20 ribu sudah tinggi sekali," kata dia.

Kendati kondisinya susah, kali ini Sanadji tak mendapat 'Balsem'. "Waktu BLT kemarin saya dapat 2 kali. Yang BLSM sekarang malah nggak. Saya nggak nanya kenapa saya nggak dapat, soalnya malu. Ya udah saya pasrah ajalah," tutur dia.

Sanadji tidak tahu data penetapan warganya yang mendapat 'Balsem'. Tak seperti BLT yang melibatkan dirinya sebagai Ketua RT mendata warga, data 'Balsem' ini tahu-tahu diterimanya dari pengantar pos.

"Tempo hari ada tukang pos yang datang ngasih daftar nama sama kartu perlindungan sosial (KPS). Saya juga nggak tahu gimana itu prosesnya tiba-tiba sudah ada daftar nama dan kartunya. Tapi Alhamdulillah warga sini juga ngerti nggak ada yang protes macem-macem, semuanya nrimo," tutur Sanadji yang tetap mengurus warganya mendapatkan 'Balsem'.

(nwk/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads