"Mereka masih terus mengembangkan karena itu hingga saat ini bom jenis ini belum pernah digunakan dalam aksi teror. Mereka sudah berhasil membuat bom jenis nitrogliserin secara cukup bagus, namun belum mampu membuat alat pemicu yang aman, sehingga hasil rakitannya masih disimpan untuk dikembangkan lagi," ujar Ayub dalam diskusi dengan wartawan di Solo, Rabu (16/6/2013).
Veteran perang Afghanistan yang juga pernah memimpin JI wilayah Australia tersebut mengatakan penggunaan bom nitrogliserin di kalangan teroris pada dasarnya terinspirasi dari bom-bom lempar buatan Soviet (Rusia) yang memiliki kandungan yang sama. Para teroris itu mengembangkan pembuatan bom nitrogliserin dari bom-bom milik tentara Soviet yang gagal meledak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para perakit bom ini mendapatkan keahliannya di Poso. Ada sekitar 300 orang yang berlatih membuat bom, baru sekitar 100 orang yang telah tertangkap. Memang dari semua ahli perakitan bom itu semuanya menguasai pembuatan bom nitrogliserin. Ada beberapa kelompok kecil kemudian mencoba mengembangkannya. Yang dikhawatirkan jika mereka menularkan keahliannya itu ke kelompok lain," ujarnya.
(mbr/ndr)











































