Dibangun atas perintah Tsar Peter Agung pada tahun 1703 di pinggiran sungai Neva dan teluk Finland, Saint Petersburg bertransformasi menjadi ibukota baru Kekaisaran Rusia. Upaya pemindahan dari Moskow tersebut merupakan visi Tsar Peter yang Agung untuk lebih mendekatkan Rusia pada Eropa yang saat itu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, serta kecintaannya pada dunia maritim yang diyakini mampu menghantarkan Kekaisaran Rusia mencapai puncak keemasan.
Saat ini, Kota Saint Petersburg merupakan kota terbesar di belahan bumi paling utara yang memiliki jumlah penduduk sebanyak lima juta jiwa, letaknya sejajar dengan Greendland, Alaska dan Oslo, serta kota yang tidak ada tandingannya dalam menjaga kelestarian peninggalan gedung-gedung bersejarah, yang bercorak neo klasik, elektisme, modernisme dan retrospesik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pertengahan bulan juni, bertepatan dengan siklus fenomena alam 'white night' (terang sepanjang hari), yang menjadikan kota Saint Petersburg semakin cantik dan dikunjungi para pelancong dari berbagai belahan dunia. Kota cantik ini juga dinobatkan menjadi tuan rumah rangkaian pertemuan G-20 di antaranya Youth Summit (Y20) yang merupakan ajang pertemuan bagi pemuda negara anggota G-20 untuk mendiskusikan suatu platform dialog bagi para pemimpin negara saat ini dan masa depan dalam isu-isu kunci yang tengah bergulir, dan Business Summit (B20) yang merupakan forum yang dihadiri oleh kurang lebih 500 komunitas bisnis dari negara anggota G-20 dan ahli ekonomi dari seluruh dunia untuk membahas suatu kerangka yang akan digunakan dalam tatanan pembangunan ekonomi global yang baru.
Selain menyelenggarakan rangkaian pertemuan G-20, kota yang juga dijuluki sebagai "Venice of the North" juga mengadakan perhelatan forum-forum berskala internasional seperti Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) yang telah menginjak tahun ke-17. Forum ini merupakan forum ekonomi yang dihadiri oleh 5.000 pelaku bisnis dan wakil pemerintah dari seluruh dunia. Tujuannya untuk menjalin networking dan melihat peluang kerjasama di antara para peserta pada umumnya dan untuk menarik investor ke Rusia pada umumnya, serta Russia-ASEAN Business Forum (RABF) yang pertama, untuk menjalin suatu interaksi dan melihat peluang untuk membangun kerjasama baru antara para pelaku usaha Rusia dan ASEAN.
Mengenai G-20, ada tiga isu prioritas, antara lain growth through quality of jobs and investment, growth through trust and transparency, dan growth through effective regulations. Khusus untuk B-20, tema kali ini adalah sebagai mitra pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan yang terbagi ke dalam delapan sesi dan satu pertemuan plenari. Dirangkaikan dengan SPIEF, pertemuan ini dihadiri oleh sejumlah CEO dan wakil CEO di antaranya Unilever, Metlife, Ernst&Young, China Communication Construction, Standard Charter, ANZ Banking Group, BNP Paribas, Credit Suisse, Severstal, Ericsson, Daesung, Lukoil, Sekjen OECD dan Dirjen WTO.
Sedangkan perhelatan SPIEF yang menginjak usia ke-17, terdiri dari satu plenari dan 77 pertemuan yang diselenggarakan paralel selama 3 hari (20-22 Juni 2013). Yang menarik dari acara plenari yaitu paparan dan dialog yang disampaikan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Kanselir Jerman Angela Merkel, yang dipandu oleh Editor Anchor CNN Internasional, John Defterios, menarik animo para pelaku bisnis dan pejabat tinggi negara-negara G-20 dan G-8 untuk hadir.
Yayasan SPIEF bekerjasama dengan Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia dan dukungan segenap lapisan masyarakat di kota Saint Petersburg telah membuat perhelatan ini terbilang sukses sehingga menjadi magnet untuk menarik investor. Perhelatan ini mendapat sponsor seperti Gazprom, Mercedez-Benz, Sberbank, Rosneft dan perusahaan papan atas lainnya di Rusia dan dunia. Selain itu pemerintah kota Saint Petersburg memanfaatkan fenomena 'white night' untuk menarik peserta SPIEF dan wisatawan mancanegara yang dimanjakan dengan berbagai macam atraksi, konser klasik dan modern serta pemandangan indah di tepian sungai neva dan jalur pedestrian yang cantik sepanjang jalan Nevski.
Berbagai kota di Indonesia jauh lebih tua dari Saint Petersburg. Padahal Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT APEC 2013 dan tentunya sebagai anggota G-20, kelak juga akan menjadi tuan rumah KTT G-20. Karena itu banyak yang bisa dipetik dari Saint Petersburg, seperti kesiapan penyelenggaran, kesiapan Pemerintah Daerah dan masyarakatnya dalam menerima tamu-tamu. Sebuah perhelatan di mana 'rasa kepemilikan' menjadi milik semua komponen, yakni rakyat, swasta, pemerintah, penjaga kebersihan, pemilik transportasi dan lain-lain perlu menjadi acuan. Hanya saja ada juga yang perlu dipertimbangkan dengan saksama mengingat bahwa hampir semua hotel di Saint Petersburg 'menyesuaikan' tarifnya sesuai dengan permintaan yang ada sehingga meroket tanpa terkendali. Namun demikian, Saint Petersburg tetap bagaikan 'gadis cantik' yang mempesona, semua ingin datang mengunjungi, berpartisipasi di pertemuan-pertemuan, ataupun menjadi wisatawan hingga Nevsky Prospekt bersolek tanpa henti selama 24 jam.
*)Djauhari Oratmangun, alumnus FE UGM, Duta Besar RI Moskow
(rmd/rmd)