Warga Jakarta tidak ada yang tidak mengenal angkutan umum sejuta umat ini. Kopaja dan Metro Mini. Meski 'tampang' angkutan umum ini kadang sudah terlihat mengkhawatirkan, namum empunya tetap memaksakan kendaraannya untuk 'narik' penumpang demi setoran yang sudah dipatok.
"Sudah tidak laik untuk angkutan umum di Jakarta. Itu membuat jelek image angkutan umum," kata pengamat transportasi Universitas Indonesia, Ellen Sophie Wulan Tangkudung, saat berbincang dengan detikcom, Kamis (20/6/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau terus menggunakan kendaraan pribadi, enggak bakalan habis. Dan Jakarta makin macet," ujar Ellen.
Warga yang memilih kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi dalam beraktivitas, kata Ellen, dimungkinkan karena belum siapnya moda transportasi umum dari pemerintah. "Orang punya motor, mobil, akan sulit menggunakan angkutan umum kalau kondisinya jelek," katanya.
Ketidaklaikan dua jenis kendaraan umum ini tentu menjadi pertanyaan bagi Ellen. Padahal Dinas Perhubungan DKI memiliki mekanisme tersendiri dalam menguji kendaraan laik atau tidak untuk meluncur di jalanan.
"Bagaimana mungkin KIR yang enam bulan sekali itu menghasilkan kendaraan yang tidak laik secara fungsi?" tanya Ellen.
Ketatnya uji KIR kendaraan umum seharusnya menjadi prasyarat kendaraan yang beroperasi itu mampu memberikan jaminan keamanan penumpangnya. "Karena kalau tidak laik dan memenuhi syarat akan membuat kemungkinan terjadinya kecelakaan," ujar Ellen.
Ellen berharap pemerintah provinsi betul-betul memantau KIR yang ada di bawah Dinas Perhubungan Jakarta. "Jangan sampai kendaraan umum Jakarta yang imagenya sudah terpuruk makin terpuruk," ujarnya.
(ahy/nwk)