Koordinator aksi Risya Islami mengatakan mogok makan menggambarkan penderitaan rakyat pasca kenaikan harga BBM. Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) dinilai bukan solusi.
"Ini simbol kehidupan rakyat nanti pasca kenaikan harga BBM. BLSM itu bentuk pembodohan rakyat," kata Risya di lokasi aksi, eks videotron, Jl Pahlawan Semarang, Rabu (19/6/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi sudah ada dokter Polda dan menanyakan 11 orang teman kami yang melakukan aksi. Mereka bersedia datang jika ada yang pingsan," tandasnya.
Sebelum melakukan mogok makan, massa melakukan aksi long march di Jl Pahlawan dan aksi tutup mulut di depan gedung DPRD Jawa Tengah.
"Mungkin ini konyol karena sudah diputuskan naik. Tapi ini merupakan bentuk keinginan rakyat dan menunjukkan kalau gerakan di Jawa Tengah belum padam," tegasnya.
Di seberang lokasi aksi PMII, terlihat sebuah tenda dibangun oleh Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Semarang. Tenda tersebut merupakan posko tolak kenaikan harga BBM yang dimaksudkan untuk menggalang massa yang ikut menolak kenaikan harga BBM.
"Ini akan berdiri selama seminggu untuk menunjukkan kami masih bertahan dalam menolak kenaikan harga BBM," kata ketua GMNI Semarang, Sonny Sampoerna.
Dua aksi tersebut cukup menarik perhatian para pengguna jalan karena dilakukan di jalan protokol dimana gedung-gedung pemerintahan Jawa Tengah berdiri. Selain itu ada juga replika kuburan dan pocong yang diletakkan di depan posko GMNI.
"Itu simbol matinya kepercayaan rakyat kepada pemerintah," tutup Sonny.
(alg/try)