Magdalena yang tinggal di Milan, Italia menceritakan pengalaman buruknya ketika berada di Bandara Soetta. Saat mendarat di Bandara Soetta pada 21 Mei 2013, bagasi Magdalena sudah rusak.
"Satu bagasi gemboknya jebol, satu bagasi lagi gembok juga rusak dan roda-rodanya hilang," katanya dalam surat elektronik yang dikirim ke redaksi detikcom, Selasa (18/6/2013) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Airport Cengkareng sudah lama tidak aman, semoga Pak Dahlan Iskan mau membekuk mafia di sana," tutupnya.
Perusakan bagasi juga dialami Ditha yang kini tinggal di Swiss. Dalam penerbangan Medan-Denpasar pada Agustus 2012, dia kehilangan laptop yang dimasukan dalam koper. Saat itu pesawat transit di Bandara Soetta.
"Begitu sampai di Bali saya buka koper laptopnya sudah raib. Saya tidak tahu apakah koper saya diacak-acak di Medan atau Jakarta?" kata pembaca setia detikcom ini.
Pengalaman serupa diceritakan Sri Kuhn, WNI yang tinggal di Stockholm, Swedia. Sri Kuhn sempat kehilangan kopernya selama 4 hari. "Setiap hari saya telepon kepada yang bertanggung jawab di bandara, mereka selalu bilang bahwa koper saya belum ditemukan," terangnya.
Sri Kuhn yang sudah kehilangan kesabaran memberanikan diri menggertak penanggung jawab maskapai yang ia naiki. "Baru mereka bilang kopernya sudah ketemu. Tapi ketika saya dapat, koper sudah dibongkar," kisahnya.
Sri Khun, Dhita dan Magdhalena berharap pihak bandara termasuk maskapai penerbangan memprioritaskan keamanan bagasi penumpang. "Tolong diperhatikan masalah ini," kata Sri dalam surat elektroniknya.
(fdn/bal)