Nama asli Haji Darip adalah Muhammad Arif. Haji Darip tak hanya dikenal oleh warga Klender atau Jakarta Timur saja, tapi juga warga Jakarta pada umumnya. Lantas apa yang menjadi kekuatannya sampai-sampai kaum penjajah pada saat itu merasa kewalahan untuk meredam aksi perlawanannya?
Selain jiwa bela negara yang tinggi, Haji Darip juga mengimbangi keberaniannya dengan kepiawaiannya dalam ilmu silat dan komunikasi yang baik dengan warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar awal usia 20 tahun, Haji Darip memilih untuk merantau ke Pangkalpinang, di sana dia bermata pencaharian sebagai kontraktor bangunan. Sepulang dari Pangkalpinang, Darip dewasa semakin kritis, ia begitu miris dengan keadaan warga di Klender yang terus-terusan menjadi korban ketidakadilan penjajah.
Akhirnya pada tahun 1940-an, ia dan beberapa pemuda di lingkungan tempat tinggalnya membentuk Bara atau Barisan Rakyat. Dalam perkumpulan itu Haji Darip didapuk menjadi ketuanya.
"Kegiatannya waktu itu melakukan diskusi-diskusi untuk melawan aksi penjajah. Mereka tak segan melawan penjajah jika diketahui bertindak sewenang-wenang terhadap warga sini (Klender). Lama kelamaan akhirnya penjajah merasa terancam dengan adanya perkumpulan ini," ujar Haji Uung.

Haji Uung (Foto: Rina Atriana/detikcom)
Haji Uung menjelaskan, Haji Darip pada saat itu sempat ditawari sebuah jabatan di pemerintahan oleh Jepang. Namun karena ia bukanlah orang yang haus akan kekuasaan, ia menolaknya. Tawaran itu tak lain agar Haji Darip tidak semakin gencar melakukan perlawanan-perlawanan. Sejak saat itu gerakan kepemudaan yang dipimpin Haji Darip semakin disegani.
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini