Banjir rob melanda kawasan Ancol tepatnya di Jalan Pademangan dan Jl Gunung Sahari persis di depan WTC Mangga Dua. Warga korban banjir juga mengungsi ke tempat-tempat yang aman.
Ternyata, banjir rob itu sulit ditangani gara-gara pompa air yang rusak. Jokowi dan Ahok turun tangan mengatasinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Service Pompa
|
Jokowi tiba di kawasan banjir rob, Jl Budi Mulia, Pademangan Barat, Jakut, Senin (17/6/2013) pukul 16.00 WIB. Berkemeja putih, dia langsung berkeliling lokasi banjir sambil membagikan bantuan bagi warga.
Ada buku, beras, baju sekolah, tas dan sepatu yang disebar oleh sang Gubernur. Puluhan anak-anak berebut untuk menerima bantuan ini.
Setelah barang-barang itu disalurkan, Jokowi meninjau pompa di pintu air Ancol, Jl RE Martadinata. Mantan Wali Kota Solo itu langsung memeriksa tiga pompa yang rusak. "Di sini ada tiga pompa, rusak semua. Ini yang menyebabkan banjirnya, satu sudah diperbaiki," kata Jokowi.
Sambil menunggu perbaikan, penyedotan air ditangani oleh pompa portabel. "Ini yang satu sudah jalan. Kalau ini tiga, kalau bisa semuanya cepat," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga sempat menelepon pihak Dinas Pekerjaan Umum, untuk mengetahui data pompa di Jakarta. "Itu rusaknya karena kebakaran tanggal 5 kemarin. Sebelumnya rusak satu per satu, akhirnya rusak semua," kata Sugiman, penjaga pintu air tersebut.
Hingga kini, air di Pademangan masih setinggi betis orang dewasa. Banjir rob di Pademangan terjadi sejak seminggu lalu.
2. Cek Kondisi Jalan
|
Mobil Innova hitam bernopol B 1124 BH yang ditumpanginya berjalan pelan di tengah genangan air pada 17 Juni 2013.
Jokowi tidak turun mengecek seperti biasanya. Dia hanya melintas saja. Selain itu, Jokowi melanjutkan perjalanannya dan masuk kawasan Monas sekadar melihat proses pembersihan usai kegiatan PRJ Monas.
3. Usul Tambah Pompa
|
"Kita minta anggarkan di APBN, itu butuh Rp 5 miliar untuk bangun pompa-pompa di Ancol," kata Ahok di Universitas Tarumanegara, Jl Letjen S Parman, Jakarta Barat, Sabtu (15/6/2013).
Ia mengatakan 2 dari 3 pompa air milik Kementerian Pekerjaan Umum (PU) di Kali Ancol ternyata rusak sejak 2 tahun lalu. "Harusnya ada 3 pompa, 2 pompa sudah rusak 2 tahun yang lalu, nah itu mungkin kesalahan, alpa kami," ujar Ahok.
Ahok mengatakan, selama ini pihaknya hanya menginventarisasi pompa-pompa milik Pemprov DKI yang rusak. Sementara pompa milik pemerintah pusat tidak tersentuh. "Kemarin saya sudah minta Kepala PU untuk lakukan inventarisasi pompa-pompa milik pusat juga," ujarnya.
Ia juga telah memasang satu unit pompa di sungai. Selain itu, pompa-pompa portabel juga dipasang di beberapa lokasi. "Untuk pompa-pompa di Pasar Ikan mungkin akhir tahun ini selesai," katanya.
Ahok mengatakan, saringan-saringan di pintu air juga banyak yang telah berlubang. Sehingga jika terjadi rob, air langsung menggenangi kawasan pemukiman warga. "Nah, itu juga diinventarisasi. Mesti jelas kan, semua butuh waktu," ujarnya.
4. Ambil Alih Penanganan Pompa
|
"Kita minta supaya diserahkan ke kita saja (pompa air di Kali Ancol). Jadi kalau dia mau bangun baru, baru pakai APBN," ujar Ahok di Balaikota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (14/6/2013).
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengatakan, saat ini pompa air di Kali Ancol tersebut ada dua unit, namun hanya satu yang berfungsi. Pemprov DKI pun ikut turun tangan untuk memperbaiki pompa rusak milik Kementerian PU tersebut.
"Dan dia minta kepala PU, kondisi apapun kita terima saja, kita perbaiki, dan kita minta Ancol untuk turun tangan. Cuma butuh waktu kan? Terus kelemahannya itu, ternyata rumah-rumah pompa segala macam juga bocor, robnya masuk," jelas Ahok.
"Kita sudah kerjain servis (pompa air) sekarang. Sebenarnya juga kita ada proyek, tapi kita batalin Rp 500 miliar. Dia (Kemeterian PU) pasang, kalau sudah ada diserahin ke kita saja," tambah Ahok.
5. Bangun Giant Sea Wall
|
"Dulu giant sea wall akan dimulai 2020. Saya bilang nggak, tahun depan. Waktu di Kemenko Perekonomian saya minta kepada menteri-menteri yang terkait. Itu (proyek giant sea wall) untuk tetap memimpin harus dari DKI. Saya sudah sampaikan itu," tutur pria yang akrab disapa Jokowi ini ketika ditemui detikFinance akhir pekan lalu.
Mantan Walikota Solo ini beralasan, proyek yang ditaksir bernilai Rp 280 triliun ini harus segera dikerjakan karena kondisi DKI yang sudah dikepung persoalan banjir dan penurunan tanah di utara Jakarta sudah memprihatinkan.
"Itu dibutuhkan, kita kejar-kejaran dengan waktu," tambahnya.
Selain megaproyek giant sea wall, Jokowi menjelaskan, program infrastruktur penanganan banjir DKI seperti pembangunan sodetan di Banjir Kanal Timur, deep tunnel dan bendungan raksasa di Ciawi juga tetap dijalankan dan dibangun secara terintegrasi.
"Semua dijalankan terintegrasi dan ingin cepat kita mulai. Sodetan tahun ini," pungkasnya.
Halaman 2 dari 6