Bangunan yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu itu diperkirakan berdiri akhir tahun 1800-an. Lantainya terbuat dari kayu berukuran 2-3 x0,2 m2, begitu pun dengan dindingnya. Rupanya, hingga tahun 2012, beberapa bagian sudah direnovasi karena mulai lapuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dia hanya pernah singgah. Beberapa warga mengatakan ini tempat Si Pitung sembunyi dari kejaran Belanda usai dia merampok atau mencuri. Sekitar 1-2 bulan Si Pitung tinggal di sini. Dulu sebelum jadi cagar budaya, rumah ini punya Haji Saefudin,” ungkap Farhan, kepada detikcom, di rumah si Pitung, Jakarta Utara, Rabu (5/6/2013).
Apa hubungan Si Pitung dengan Haji Saefuddin? Tak ada yang tahu pasti. Menurut sejarawati UI Siswantari, ada beberapa versi mengenai hal itu. Ada yang mengatakan Haji Saefuddin adalah korban garong Si Pitung, ada yang mengatakan rumah itu hanya tempat persembunyian Si Pitung dari kejaran Belanda.
"Itu juga belum diketahui ya," kata Siswantari saat ditemui detikcom di tempat terpisah di kantornya, Fakultas Ilmu Budaya UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (13/6/2013).
Farhan, penjaga rumah Si Pitung, juga tak tahu persis hubungan Si Pitung dengan Haji Saefudin pun tak tahu pasti bagaimana tindak-tanduk si Pitung semasa hidup. Namun Farhan yakin bahwa Si Pitung adalah pahlawan yang nyata adanya.
“Saya yakin dia ada. Si Pitung itu seperti Robin Hood bagi rakyat Betawi. Dia mencuri harta orang-orang kaya yang pelit, dan membagikan hasil curiannya pada rakyat kecil,” ujar Farhan.
Robin Hood van Betawi itu pun, menurut Farhan, akhirnya tertangkap dan dihukum mati oleh Belanda. Terlalu banyak versi untuk menuliskan cara si Pitung meninggal, dan tak pernah ada saksi yang benar-benar menyaksikannya sendiri.
“Kalau menurut cerita, dia dibunuh dengan ditembak berkali-kali. Ada yang bilang juga dia ditembak dengan peluru emas. Tapi itu cuma perkiraan,” jelas Farhan.
Saat ini, rumah Si Pitung yang berada dekat dengan pantai, telah dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
(nwk/nrl)