Minim Dokumen, Si Pitung Jadi Legenda dengan Banyak Versi

Napak Tilas Jakarta (1)

Minim Dokumen, Si Pitung Jadi Legenda dengan Banyak Versi

- detikNews
Senin, 17 Jun 2013 09:33 WIB
(Ilustrasi: jakarta.go.id)
Jakarta - Menyambut HUT Jakarta ke-486 pada 22 Juni, detikcom mencoba menapaktilasi tokoh-tokoh yang jadi buah bibir pada Jakarta tempo dulu. Membela kaum tertindas, melawan penjajah nyaris dengan tangan kosong, dengan bela diri atau diplomasi, mereka ini layaklah diulas. Mari menyusuri jejak mereka.

Berapa banyak Anda mendengar versi cerita dari Si Pitung? Banyaknya versi cerita Si Pitung ini membuatnya menjadi sosok antara nyata dan legenda. Yang mana yang otentik?

"Si Pitung itu menurut catatan sejarah memang ada. Dia hidup pada abad 19, sekitar 1892-an," demikian sejarawati dari Universitas Indonesia (UI) Siswantari, ketika ditemui detikcom di kantornya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, Depok, Jawa Barat, dan ditulis Senin (17/6/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siswantari merujuk buku ilmiah karya Henk Schulte Nordholt, "Kriminalitas, Modernitas dan Identitas dalam Sejarah Indonesia". Dalam buku Nordholt itu, Si Pitung dicatat sebagai seorang pemimpin gerombolan garong kecil yang sasarannya tuan tanah-tuan tanah kaya.

"Ia terkenal karena sikapnya yang suka menentang dengan gagah, lebih-lebih karena ia berhasil lolos dari penjara dan seperti banyak di antara rekan-rekannya yang seprofesi, dianggap menggunakan senjata dan kekuatan gaib," tulis Nordholt.



Siswantari (Nograhany/detikcom)

Bila Si Pitung menggarong dari tuan tanah kaya, benarkah ia menjadi semacam Robin Hood dari Betawi bagi rakyat yang lemah? Tentu saja ini masalah sudut pandang, dilihat dari sudut Belanda yang saat itu menjajah atau rakyat Betawi yang terjajah. Nordholt dalam bukunya juga mengakui hal itu.

"Seperti tipe asli penjahat Betawi, secara selang-seling ditafsirkan sebagai sosok Robin Hood, atau sebagai pemimpin perlawanan yang berjiwa proto-nasionalis, Si Pitung menjadi pelaku utama dalam balada, cerita teater dan film yang tak terhitung banyaknya," tulis Nordholt.

Banyak versi cerita Si Pitung juga dibenarkan Siswantari, yang mengajar sejarah Jakarta di FIB UI. Setidaknya, ada 3 sampai 4 versi cerita Si Pitung.

"Ada banyak versi. Di Tanah Abang memiliki versi sendiri, di Rawa Belong punya versi sendiri," jelas Siswantari.

Versi cerita Si Pitung, sebut saja tempat dia bertumbuh, ada yang mengisahkan dari Rawa Belong atau Marunda, tempat Rumah Si Pitung berada. Rumah Si Pitung di Marunda ternyata diketahui bukan milik Si Pitung, melainkan milik Haji Saefuddin. Hubungan Haji Saefuddin dengan Si Pitung juga belum diketahui pasti. Ada yang mengatakan Haji Saefuddin adalah korban garong Si Pitung, ada yang mengatakan rumah itu hanya tempat persembunyian Si Pitung dari kejaran Belanda.

Lantas, versi berbeda juga didapati pada bagian Si Pitung menjemput ajal. Ada yang mengatakan ditembak peluru emas, dimutilasi hingga dimakamkan terpisah bagian-bagian tubuhnya. Ada pula yang mengatakan ditembak, dibawa ke kantor polisi Belanda selama beberapa hari kemudian baru dikuburkan, untuk meyakinkan bahwa Si Pitung benar-benar mati.

"Iya memang banyak versi. Sampai kini belum diketahui mana yang benar, karena minim dokumen ya. Namun dalam buku Nordholt dituliskan Si Pitung ditembak mati Belanda," jelas Siswantari.

Nordholt memang menuliskan bahwa Si Pitung menjelang akhir hayatnya di tanah pekuburan Tanah Abang berhasil masuk perangkap serta dibunuh oleh Polisi Batavia yang memburunya lebih dari 6 bulan.

Kematian Si Pitung yang dianggap Robin Hood Betawi ini saat itu tentulah mengiritasi rakyat Betawi yang sedang ditindas Belanda. Cerita lisan pun mengalir turun temurun, berkembang dengan banyak versi kisah heroik untuk membakar semangat perlawanan pada Belanda.

"Banyak versi nggak masalah ya. Tradisi lisan justru memperkaya suatu legenda. Pula tujuan legenda itu untuk membangkitkan semangat membela rakyat. Mengajarkan anak-anak generasi muda bagaimana membela orang kecil. Ada nilai-nilai hidup yang diturunkan pada generasi muda," tutur dosen program studi Sejarah FIB UI ini.

detikcom berusaha menelusuri jejak Si Pitung sang legenda itu. Menelusur dari versi-versi cerita yang keluar melalui penuturan orang-orang yang diyakini masih berkerabat hingga juru kunci yang menjaga situs yang identik dengan Si Pitung. Selamat menikmati!

(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads