Saat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika akan digelar di Bandung pada 1955, Presiden Sukarno sengaja mengundang delegasi Aljazair, yang masih berperang melawan kolonial Prancis. Berkat forum internasional yang digagas Sukarno itulah nama Aljazair pertama kali dikenal dunia internasional. Hingga akhirnya pada 5 November 1962 para pejuang memproklamasikan kemerdekaan Aljazair.
Tapi peran Sukarno bagi Aljazair tak berhenti di situ. Pada 1957, ia menyelundupkan senapan mesin bagi Front Nasional Pembebasan Aljazair untuk melawan Prancis. Misi rahasia ini melibatkan dua kapal selam yang dipesan Indonesia dari Uni Soviet. Setelah berlayar dari Moskow menuju Aljazair, barulah kapal selam itu melanjutkan perjalanan ke Tanah Air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika Guntur bertanya apakah Bung Karno tidak takut pada sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa karena melanggar hukum internasional, dia membalas dengan suara kentut yang besar! Ya, dia bilang kalau PBB berani menghukumnya karena membantu negara lain lepas dari penjajahan, dia akan mengentuti badan internasional itu.
“Soal kemerdekaan, soal menghancurkan imperialisme, itu buatku nomor satu,” ujarnya seperti dikutip Guntur dalam buku Bung Karno, Bapakku Kawanku, Guruku.
Tapi Sukarno tak hanya nekat. “Kita itu harus pakai otak,” kata Bung Karno menjelaskan alasannya mengirim senjata ke Aljazair.
Buat Sukarno, membantu Aljazair merdeka merupakan taktik diplomasi menikung buat merebut Irian Barat. Menyerang langsung ke Papua hanya akan membuat Belanda diuntungkan dengan bantuan dari pasukan Sekutu, yang bermarkas di Samudra Pasifik. Apalagi jalan diplomatik pun mentok di PBB.
Sukarno mengharapkan efek domino dari sukses pejuang Aljazair memukul Prancis di negerinya. Merdekanya Aljazair akan menambah daftar negara yang mendukung perjuangan melawan kolonialisme. “Di sini beratnya perjuangan melawan kolonialisme,” kata Sukarno. “Yang mau kita serang adalah Belanda di Irian Barat, tapi kita juga harus menggempur benteng-benteng mereka di semua tempat.”
Atas jasa-jasanya itu, tak mengherankan bila nama Sukarno begitu beken di Aljazair, belahan utara Afrika. Begitu juga di negara-negara Timur Tengah. Cuma, di sana nama Sukarno lebih populer dengan sebutan Ahmed Zukarna. Adalah Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser yang mengenalkan Sukarno sebagai Ahmad Sukarno atau yang dilafalkan dengan lidah lokal jadi Ahmed Zukarna.
Kisah Sukarno selengkapnya bisa dinikmati di Harian detik.
(nrl/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini