"Sementara dugaan kita, pelaku ada dua orang, yakni eksekutor dan jokinya," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Toni Harmanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (13/6/2013).
Toni memperkirakan, pelaku menggunakan motor saat beraksi. Kata dia, seorang pelaku bertugas menjadi eksekutor (penembak), sedangkan satu pelaku lainnya bertugas mengendarai sepeda motor dan stand by di dekat lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang jelas ada kendaraan yang digunakan. Karena lokasi tertutup, tidak bisa berkendara (mobil-red) di sana. Risikonya besar (kalau pakai mobil), jadi dugaannya (pakai) sepeda motor," jelas Toni.
Ia melanjutkan, keterangan beberapa saksi, ada yang melihat pelaku melarikan diri dengan menggunakan motor setelah beraksi. Namun, keterangan saksi ini belum cukup mengarah ke pelaku lantaran belum didapat gambaran cukup jelas mengenai sosoknya.
Hingga kemudian, polisi melakukan rekonstruksi balistik di lokasi kejadian pada Sabtu (8/6) lalu. Ini dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai postur tubuh si penembak misterius itu.
Sementara itu, juru bicara keluarga Tito Kei, Djamaludin Koedoeboen menduga pelaku penembakan adalan pembunuh bayaran. Djamaludin mendasari dugaan tersebut dari eksekutor yang menutupi identitasnya.
"Karena tidak mungkin seorang yang memang dia pelaku utama menutupi identitasnya. Kalau kelompok lain kan kita juga sudah tahu siapa-siapanya, tetapi ini tidak," ujar Djamaludin saat berbincang dengan detikcom.
Djamaludin menduga, pelaku merupakan eksekutor yang sengaja disuruh oleh otak pelaku (intelektual dadder).
"Kalau boleh kita menduga-duga, kemungkinan ada otaknya di balik pembunuhan ini," kata pria yang berprofesi sebagai pengacara itu.
Ia juga menduga, eksekusi terhadap pengacara asal Kei itu telah direncanakan dengan matang. Namun, terlepas itu semua, Djamaludin mengatakan keluarga mempercayakan aparat polisi untuk mengusut siapa pelakunya hingga tuntas.
Tito ditembak oleh orang tidak dikenal pada Jumat 31 Mei 2013 malam lalu saat tengah asik bermain kartu bersama tiga temannya (Hans, Petrus dan Gerry) di warung kopi milik Rastim atau Aki di Jalan Titian, Bekasi.
Konsentrasi kumpulan orang itu buyar ketika terdengar suara letusan senjata yang menumbangkan Rastim kala itu. Tito yang saat itu ada di dekat Rastim pun menoleh, dan menjadi sasaran tembak pelaku.
Tito kemudian tewas setelah sebuah peluru menyambar pipi kanan dan bersarang di kepalanya. Begitu juga Rastim, yang kala itu sedang memperhatikan Tito Cs bermain kartu.
(mei/rmd)