Demikian disampaikan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda Retno Lestari Priansari Marsudi pada acara Indonesian Country Morning "A Journey to Indonesia: A Glimpse into the Traditions of Java" di Ruang Nusantara KBRI Den Haag, Senin (10/6/2013).
"Sebagai bangsa besar yang multikultural, Indonesia mampu memelihara dan mengkombinasikan budaya, filosofi lokal dengan modernitas. Berbekal akar budaya yang tinggi itu Indonesia mampu menjadi kekuatan ekonomi 16 terbesar di dunia," ujar Dubes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia menawarkan banyak sekali potensi, baik potensi alam, wisata maupun potensi ekonomi," imbuh Dubes.
Untuk mengetahui keragaman, keluhuran dan kemajuan Indonesia, Dubes mengajak tamu undangan untuk membuktikan sendiri secara langsung dengan datang berkunjung ke Indonesia.
Acara hasil kerjasama dengan International Women Contact (IWC) ini dimaksudkan untuk semakin mengenalkan keragaman dan keluhuran budaya Indonesia kepada masyarakat Belanda.
Hadir 175 tamu undangan dari kalangan anggota IWC, tamu kehormatan isteri Walikota Den Haag Ibu Henriette van Aartsen, isteri para Duta Besar asing di Belanda, istri pejabat pemerintahan Belanda, dan media.
Pada acara kali ini giliran diketengahkan budaya Jawa. Sebelum acara dimulai, para tamu undangan melakukan moment of silence (hening cipta) atas meninggalnya Ketua MPR RI Taufik Kiemas.
Atmosfir Jawa dibangun kuat dengan dekorasi ruangan meliputi kembar mayang dan batik-batik Jawa dan diawali dengan penampilan ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Den Haag yang secara apik dan kompak memainkan live music gamelan Jawa, melantunkan tembang "Pangkur" dan "Gambang Suling".
Disusul dengan penampilan gemulai tari Gambyong yang merupakan tari penyambutan dalam budaya Jawa. Selanjutnya secara runtut ditampilkan prosesi ritual tedhak siten, sebuah ritual Jawa yang penting dilakukan semasa anak pertama kali menginjakkan kaki ke tanah untuk belajar berjalan.
Setiap langkah tedhak siten dijelaskan secara rinci termasuk filosofinya dan arti perlengkapan ritual sepeti jadah 7 warna, tangga tebu, kurungan dan air bunga.
Sebagai rangkaian kegiatan, tamu undangan juga dikenalkan dengan cara membatik tulis dan perlengkapannya, serta mini bazaar produk budaya Indonesia. Di akhir acara, tamu undangan menikmati kuliner khas Indonesia seperti risoles, kue lumpur, wedang sereh serta nasi liwet Solo lengkap.
Rangkaian kegiatan ini mendapat apresiasi tinggi dari para tamu undangan termasuk Ketua IWC Den Haag, Karin O’Flynn. Tamu lainnya juga menyampaikan kekagumannya atas kekayaan, keluhuran tradisi serta filosofi Jawa yang terdapat dalam permainan gamelan, tarian dan ritual tedhak siten.
"Very inspiring and deep philosophy inside (Sangat menginspirasi dan mengandung filosofi sangat mendalam," komentar salah satu tamu undangan.
IWC The Hague, menurut keterangan Sekretaris I Pensosbud Danang Waskito, beranggotakan sekitar 300 expatriate women yang bekerja di berbagai sektor di Belanda, merupakan organisasi nirlaba yang cukup terkenal di Belanda.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1978 dan cukup aktif dalam kegiatan sosial budaya dan amal. Untuk wilayah Belanda, IWC didirikan di beberapa kota antara lain Den Haag, Amsterdam dan Utrecht.
(es/es)