"Kejadian berdasarkan lokasi, bahwa terbanyak terjadi kecelakaan terbanyak itu di Papua 25 persen kemudian di Jawa 23 persen," jelas Menteri Perhubungan EE Mangindaan membacakan data kecelakaan pesawat dari 2011 hingga semester I 2013.
Hal itu dikatakan Menhub dalam sambutannya membuka Indonesia Airline Safety Conference 2013 di Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (5/6/2013). Konferensi ini dihadiri para petinggi maskapai di Indonesia dan Dubes AS untuk Indonesia Scot Marciel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contoh, 2013 kita ada insiden. Ada Lion jatuh, salah mendarat, tergelincir, ini ada apa? Meskipun tidak ada korban. Ada yang terbakar, lagi loading di Papua. 3 Kecelakaan sudah lebih. Tapi dilihat dari kualitas tidak ada korban. Ini karena apa? Itu jangan kita anggap biasa," papar Menhub.
Menhub juga mengungkapkan selama semester I 2013, jumlah kecelakaan pesawat sudah melebihi tahun 2012. Di tahun 2012 ada 2 kecelakaan, termasuk pesawat Sukhoi yang menabrak Gunung Salak dan memakan korban jiwa puluhan. Sedangkan di tahun 2013 sudah ada 3 kecelakan yang berkategori insiden dan tak ada kecelakaan fatal.
Untuk itu Menhub mengimbau agar jangan puas dengan statistik ini dan tetap mencari cara untuk mencegah dan menekan angka kecelakan hingga nol.
"Kalau kita bicara satu, dua, tiga kali selama 2007 sampai 2013 ini memang sudah bagus. Tapi kita jangan puas pertemuan atau konferensi hari ini harus mampu mencari dan menemukan solusi buat suasana preemptive ini mencegah terjadinya kecelakaan," jelas Menhub.
Dalam catatan detikcom, selama 2013 ada 3 kali kecelakaan yang tidak menelan korban jiwa, yakni Lion Air yang jatuh di perairan Bali menjelang mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai pada 13 April 2013, kemudian kebakaran pesawat kargo milik Nusantara Air Charter (NAC) di Bandara Wamena, Papua, pada 8 Mei 2013 dan tergelincirnya pesawat kargo milik PT Deraya Air Service tergelincir di Bandara Wamena, Papua, Jumat, 31 Mei 2013) lalu.
(nwk/nrl)