Hal itu ditegaskan, Kasi Pengembangan Usaha Perkebunan, Dinas Perkebunan Riau, Sri Ambar Kusuma dalam diskusi bertema 'Menyelamatkan Industri Perkebunan dan Kehutanan Riau di Pasar Internasional dari Kampanye Hitam' yang dimotori Kadin Riau, Kamis (30/5/2013).
Menurut Sri, pihaknya tidak menampik dengan adanya kampanye hitam LSM asing di mata internasional telah mempengaruhi sektor perkebunan sawit di Riau
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal di balik semua itu, kata Sri, semuanya bermuara pada persaingan bisnis di pasar internasional. Sebab, CPO Indonesia itu termasuk hasil produksi terbaik dibanding beberapa negara lainnya.
"Jadi kampanye lingkungan yang disampaikan kadang tidak murni soal lingkungan, tapi ada kepentingan bisnis," kata Sri.
Sri mengakui, masih ada sektor perkebunan yang harus dibenahi untuk menciptakan lahan perkebunan yang ramah lingkungan. "Semua kita sepakat untuk memperbaiki itu. Tapi bukan berarti kitalah paling salah dalam mengelola perkebunan sawit," kata Sri.
Sedangkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau menyatakan isu emisi karbon yang disampaikan LSM internasional juga tidak adil.
Ada 10 negara di dunia yang tercatat sebagai penghasil C02 terbesar adalah Cina, Amerika, India, Rusia, Jepang, Iran, Kanada, Korea Selatan, dan Inggris. Semua negara tersebut, telah menyumbangkan 52-73 persen total emisi karbon.
"Sedangkan Indonesia sangat kecil yakni hanya 1,3 persen. Tapi kita selalu dipersalahkan dimata internasional," kata Sekretaris GAPKI Riau, Rafmen dalam acara diskusi tersebut.
(cha/rmd)