"Menghadapi mereka memang perlu kesabaran, kadang mereka lebih galak dari kami (polisi)," kata Inspektur Satu (Iptu) Bambang Supriyanto, Kepala Unit (Panit) Datasemen Perintis Baharkam Polri ketika dihubungi detikcom, Selasa (28/5/2013).
Baharkam ditugasi untuk menjaga keamanan ruas tol pasca penandatanganan nota kesepahaman antara Polri dan Jasa Marga sejak 2009. Para petugas yang ditugasi berjumlah 50 orang. Sementara mereka menjaga tiga ruas tol; Cawang, Jagorawi, dan Tangerang. Selama bertugas mereka tidak diberikan senjata api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti kejadian Senin malam kemarin, saat Brigadir Jalil dan Briptu Agus Supriyatna hendak menolong korban derek liar. Keduanya terpaksa memalang kendaraan dinas yang dikemudikan untuk menghentikan laju truk yang tengah membawa mangsanya.
Sempat terjadi adu mulut antara aparat dan kelompok derek. Kalimat hardikan, ejekan, meluncur dari mulut para pelaku. Tidak hanya itu, para pelaku pun mendorong-dorong badan anggota, memberi tantangan agar aparat memberikan perlawanan.
"Ya sabar saja kalau hadapin mereka. Yang dihadapi ini adalah masyarakat," katanya.
Menurut Bambang, pihaknya tidak mempunyai kewenangan penyidikan untuk menangkap para pelaku derek liar. Penyelidikan tersebut tentunya berada di satuan yang diberikan kewenangan untuk menjalankannya, misalnya di satuan Reserse dan Kriminal.
Terkait dengan masih adanya praktek derek liar di dalam tol, Bambang mengatakan adalah hak setiap warga utnuk menggunakan jalan tol. "Tapi kalau mereka berada di dalam tol dan melakukan kejahatan ya dikejar," kata Bambang.
Penyelidikan dan penyidikan selanjutnya berada di tangan satuan terkait. Bila tindak pidana kriminal maka diserahkan ke Reserse dan Kriminal, dan apabila pelanggaran lalu lintas maka akan diserahkan kepada pihak lantas wilayah.
"Jadi tugas kami hanya membantu menangkap," kata Bambang.
Dia mengimbau bagi para pengendara agar berhenti di tempat ramai bila kendaraan yang ditumpanginya mengalami kendala, seperti di area peristirahatan, kantor Jasa Marga dan PJR, atau pom bensin.
"Kalau di tempat gelap, maka jadi sasaran empuk mereka," ujarnya.
Iwan Herman Setiawan menjadi korban derek liar, Senin (27/5) sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu dirinya tengah kencing dan terkejut kendaraan boks yang membawa mesin pencetak huruf braile sudah dalam kondisi tersambung dengan kendaraan derek para pelaku.
Iwan kemudian dipaksa masuk kendaraan oleh dua pelaku ke mobilnya, sementara tiga pelaku berada di mobil derek di depan kendaraannya. Beruntung kendaraan patroli polisi melintas dan membantu penyelamatan Iwan. Korban pun akhirnya melaporkan apa yang dialaminya itu ke Polda Metro Jaya.
(ahy/nrl)