Hadi, panggilan Abdul Hadi, merupakan warga Wajok Hilir, Jalan manunggal X, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Ia berangkat ke Malaysia pada tahun 2006 melalui agen resmi yang berkantor di Kabupaten Sambas, Kalbar.
Di negeri Jiran, Hadi bekerja di bagian packing perusahan kayu lapis di Miri, Kuala Baram, Distrik Miri Serawak, Malaysia, dan digaji 900 ringgit atau sekitar Rp 3 juta per bulan. Sehari-hari, menurut informasi yang diterima pihak keluarga, lajang ini bekera selama 12 jam. Istirahat hanya setengah jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, menurut informasi dari teman-temannya, kondisi Hadi baik-baik saja. Namun belakangan, ia sering sakit. Hadi pun cuti dan mudik pada tahun 2012.
"Waktu pulang, sakitnya belum separah ini. Saya sempat tanya ke adik saya, kenapa wajahnya biru-biru, tapi Hadi gak menjawab," ungkap Darnawati, kakak tiri Hadi.
Kondisi Hadi terus memburuk. Ia sering mengalami kejang dan pingsan. Keluarga membawanya ke rumah sakit, tapi belum membuahkan hasil. Keluarga membawa Hadi kembali ke rumah.
"Kemarin, dua hari di rumah sakit. Tapi tidak diperiksa, karena Sabtu kemarin tanggal merah. Hanya diberi infus oleh sama perawat," keluh Abdul Kadir.
Tak ada perwakilan agen atau pihak manapun yang mengecek kondisi anak pertama pasangan Abdul Kadir dan Halimah (50). Seluruh biaya perawatan ditanggung keluarga.
Saat ini, kondisi Hadi kian memburuk. Kemudian, pihak keluarga membawanya ke Puskesmas 24 jam di Siantan, Pontianak, dengan menumpang mobil minibus milik warga setempat.
(try/try)