Kitorang Tak Mau Ada Ribut-ribut

50 Tahun Integrasi Irian Barat ke NKRI

Kitorang Tak Mau Ada Ribut-ribut

- detikNews
Selasa, 14 Mei 2013 14:13 WIB
(Foto: Pasti Liberti/detikcom)
Sorong - Mentari beranjak meninggi saat Marice Fonataban sibuk membenahi barang dagangannya di Pasar Boswezen, yang terletak di pinggir Pantai Rufai, Kota Sorong, Selasa pekan lalu. Cuaca cerah dan lautan yang teduh membuat tiga pulau kecil, yakni Pulau Raam atau Pulau Buaya, Pulau Soop, dan Pulau Doom, yang berada di seberang, tampak dengan jelas dari pasar itu.

Tak jauh dari tempat Marice menggelar dagangan berupa bumbu dapur dan hasil kebun, seperti sayuran, sejumlah nelayan sibuk membongkar muatan ikan segar bermacam jenis dari perahu. Perempuan berusia 60-an tahun itu pun harus bersuara keras dalam menawarkan barang dagangan untuk menandingi riuhnya suara nelayan dan pedagang ikan.

"Sayur, Mama… sayur, Ibu…,” Marice, yang akrab disapa Mama Marice, berseru sembari mengunyah buah pinang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Marice mengaku sudah hampir 30 tahun berdagang di pasar peninggalan Belanda itu untuk menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya. Pendidikan bagi Marice sangat penting agar anak-anaknya dapat hidup lebih baik dibanding dirinya.

β€œAnak-anak dapat sekolah Mama sudah senang,” ujarnya dengan logat Papua yang khas.

Meski berhasil menyekolahkan delapan anaknya sampai ke jenjang sekolah menengah atas, ada satu hal yang masih mengganjal di hatinya. Menurut dia, pemerintah seharusnya membantu pendidikan anak-anak Papua, terutama dari keluarga yang kurang mampu.

β€œKasih banyak itu bantuan untuk anak-anak sekolah,” tuturnya.

Pasar Boswezen, yang berjarak kurang-lebih 500 meter dari pusat Kota Sorong, diisi oleh beragam pedagang dari sejumlah daerah di Tanah Air. Orang Papua, yang sebagian besar perempuan, lebih banyak berdagang hasil perkebunan, seperti sayuran, ubi, dan buah pinang. Pedagang ikan dan nelayan didominasi masyarakat asal Buton, Sulawesi Tenggara. Sedangkan pengemudi motor ojek, yang memenuhi ruas jalan di pasar itu, mayoritas berasal dari Pulau Jawa.

Jack, pria kelahiran Sorong yang menjadi kuli angkut ikan dari kapal nelayan, mengaku tidak terlalu memperhatikan adanya perayaan 50 tahun Papua kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

β€œYang penting dapat uang dulu buat makan,” ujarnya.

Jack hanya mengatakan ada persoalan ekonomi yang dihadapi. Sektor ekonomi sebagian besar dikuasai pedagang atau pengusaha dari Jawa dan Sulawesi. Pria berumur 30 tahun itu pun berharap pemerintah membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak lagi bagi orang Papua.

β€œPemerintah kalau bisa kasih anak Papua pekerjaan. Dan kitorang (kami) tidak mau lagi ada ribut-ribut,” katanya.

Tulisan ini sudah dimuat di Harian Detik edisi Senin, 13 Mei 2013.

(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads