Lalu apa fungsi bangunan tersebut? Diperkirakan bangunan lima tingkat tersebut digunakan sebagai ritual agama lokal.
"Kemungkinan digunakan oleh agama animisme," ujar Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia (UI), Noerhadi Magetsar di Gunung Padang, Jawa Barat, Sabtu (11/9/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sebelum agama resmi masuk. Tapi siapa mereka? Masih butuh penilitian lebih lanjut," ucapnya.
Penggunaan situs Gunung Salak sebagai ritual agama juga terlihat pada kesaksian beberapa sesepuh yang pernah tinggal di Gunung Salak. Misalnya, pada tahun 1943, penduduk masih melihat beberapa orang penduduk desa melakukan sesajen di Gunung Padang dan melakukan nyanyian di sana.
"Ada penemuan tembikar dan logam juga di sini," kata Arkeolog UI, Ali Akbar yang juga berada di situs Gunung Padang.
Seperti pada pelaksanaan agama tradisional, biasnya dilakukan upacara pengorbanan. Untuk situs di Gunung Padang, masih belum ditemukan lokasi tepat dan bukti adanya upacara pengorbanan.
"Situs ini digunakan untuk ritual keagamaan,' ujarnya.
Dari segi arsitek, situs Gunung Padang juga menarik perhatian. Sepeti halnya candi-candi pemujaan lainnya. Di setiap sisi bangunan ini ditemukan mata air yang dibendung dengan rapi.
"Ada beberapa sisi mata air yang memutari bangunan ini. Ada dua diantara dibuat penahan yang diduga dibuat manusia," terangnya.
Penemuan situs yang diduga berumur ribuan tahun tersebut berawal dari sebuah laporan awal seseorang bernama N.J Krom pada tahun 1914.
(fiq/mad)