"Angka partisipasi di sana di atas 80 persen," kata ketua KPU Husni Kamil Manik kepada detikcom, Senin (6/5/2013).
Husni ke Malaysia bersama 3 komisioner lainnya yaitu Ferry Kurnia Rizkiyansyah, Arief Budiman dan Juri Ardiantoro. KPU Malaysia mengundang 7 orang, namun hanya 4 komisioner yang bisa hadir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kompetisi antara partai pemerintah dengan oposisi sangat ketat, sehingga mesin partai berjalan," ungkapnya.
"Di Malaysia memilih adalah hak, tapi disamping itu mereka menganggap memilih adalah tanggungjawab yang harus ditunaikan," imbuh Husni.
Selain itu, temuan lain yang menarik dari Pemilu di Malaysia adalah soal pengumpulan dana kampanye yang berlangsung terbuka untuk publik.
"Dana kampanye di sana dikumpulkan di posko-posko pemenangan, letak posko ada yang di gedung perkantoran, perumahan atau di tepi jalan raya," ujarnya.
Ia menuturkan, meski tak ada pelaporan ke KPU, namun mekanisme ini memungkinkan proses yang terbuka dan transparan. Hal ini bisa saja diterapkan di Indonesia.
"Harusnya bisa, kalau calonnya telah berpengaruh di daerahnya," ucap mantan ketua KPU Sumatera Barat itu.
Sementara komisioner lain Arief Budiman, menuturkan Pemilu Malaysia berlangsung sangat hemat dan tidak serumit pelaksanaan Pemilu di Indonesia.
"Kotak suara di sana hanya berupa mika transparan, simpel. Dan namanya surat suara nggak ada yang ributkan security printing. Kalau di kita mungkin kultur sehingga ada tidak saling percaya, sehingga kotak suara itu dari logam, digembok kemudian disegel," ucap Arief.
(bal/van)