Lewat lelang jabatan terbuka, Ahok menjaring bawahan-bawahannya yang berhati mulia. Ia ingin anak buahnya selalu siap bekerja melayani warga Jakarta. Dengan begitu, ia berharap warganya hidup nyaman.
Berikut 4 kisah Ahok sang pemburu anak buah berhati mulia:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Lurah & Camat Tak Perlu Pintar Sekali
|
"Mau melayani Jakarta. Kita membutuhkan lurah yang seperti manager bank. Jadi tempat orang DKI datang meminta diuruskan apa saja, Pak Lurah akan bilang bisa diurusin," kata Ahok usai meninjau pelaksanaan uji kompetensi lelang jabatan lurah di SMAN 1, Jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat, Sabtu (27/4/2013).
Menurut dia, sistem tersebut akan membuat warganya hidup nyaman.
"Kalau sistem online kita sudah jalan, Perda pelayanan satu pintu sudah jalan, nanti orang mau urus online semacamnya tinggal online saja. Dia bisa komputer dan mendaftar dari rumah. Jadi pada saat pemeriksaan saja dia datang. Datang ke kelurahan saja. Sistemnya seperti itu," papar Ahok.
Hasilnya kapan? "Sebenarnya begitu selesai tes langsung ketahuan. Tapi kan kita tidak mencari siapa yang pintar tapi pakai hati. Tadi kan sudah kelihatan ada psikotest segala macam. Kita mencari dan kita lihat rekam jejaknya. Bisa saja lurah camat yang bagus-bagus nanti tidak diganti," papar Ahok.
Ahok menambahkan masyarakat juga dilibatkan untuk memberikan masukan seputar calon lurah dan camat.
2. Dinas Sosial Harus Stop Kekerasan Anak
|
"Kita mau minta Pak Gubernur jadi ikon untuk gerakan menyetop kekerasan seksual terhadap anak. Jakarta ini sekarang nomor 1 terkait kekerasan, terutama yang inses segala macam itulah," kata Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama (Ahok).
Hal itu dikatakan Ahok usai bertemu Komnas Perlindungan Anak di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2013).
Wilayah Jakarta Timur, imbuh Ahok, merupakan wilayah kejadian tertinggi untuk kasus kekerasan seksual pada anak. "Nah ini kita harapkan di Hari Kartini 21 April nanti itu akan dipakai untuk gerakan itu di Monas," imbuhnya.
Ketika ditanya ada pembentukan Satgas pencegahan kriminal pada anak, Ahok mengisyaratkan menunggu lelang jabatan lurah dan camat. Karena hal itu butuh koordinasi antarwilayah.
"Makanya kita butuh lurah yang betul-betul punya hati dulu. Dengan Dinas Sosial juga sama. Jadi sekarang itu persoalan itu tidak ada koordinasi antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Itu yang mau kita lakukan," tutur Ahok.
3. Konselor yang Pro Sosialisasi Dampak HIV/Aids
|
"Jadi kita diminta (wagub) siapkan konselor-konselor yang lebih pro dan mau volunteer yang dari hati mau bekerja selama 24 jam memberikan sosialisasi HIV AIDS," ujar Sekretaris Komisi Pemberantasan AIDS, Rohana, usai menemui Ahok di gedung Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (13/12/2012).
Menurutnya konselor-konselor yang berasal dari mahasiswa psikologi tersebut akan difungsikan untuk melakukan sosialisasi dan penyuluhan terhadap masyarakat yang ingin mengetahui dampak AIDS. Terlebih ibu-ibu penderita HIV yang anaknya tidak tertular.
"Misalkan terutama istri-istri yang kena HIV dan bayinya, layanan kesehatan ditingkatkan, berobat bisa lebih murah. Saat lagi galau dia bisa hubungi siapapun, jangan sampai ada perasaan bingung harus hubungi siapa. Nah itu kita mesti siapkan," urainya.
Sistem layanan konselor ini akan dilakukan oleh KPA sendiri dan akan disosialisasikan juga ke kelurahan, RT dan RW, sekolah dan perkumpulan masyarakat di seluruh Jakarta. Uji coba konselor tersebut pertama kali akan diadakan di daerah Jakarta Timur sebagai wilayah dengan penderita terbanyak di Jakarta.
"Akan ada di kelurahan,RT RW, Puskesmas dan perkumpulan. Dan akan kami mulai di Jakarta Timur sebagai wilayah yang terbanyak (penderitanya)," ujar perempuan berkerudung ini.
4. Satpol PP Jadi Pengayom
|
Menurut Ahok, sejak kepemimpinan gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), kini petugas Satpol PP tidak lagi dilengkapi dengan sangkur (pisau) dan pentungan.
"Saya kira ini sudah dibawa dari Solo. Di Solo itu kalau tidak salah Kepala Satpol PPnya perempuan," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (30/10/2012).
Menurut Ahok, Satpol PP itu seharusnya tidak menggunakan alat yang bisa digunakan untuk kekerasan.
"Sebetulnya Satpol PP itu kan pengayom, jadi jangan pakai pentunganlah," katanya.
Ahok pun berharap jika ada upaya penindakan, petugas Satpol PP harus mengedepankan cara persuasif.
"Ngomong baik-baik kan bisa, orang pasti ngerti, karena orang punya hati nurani, punya mata, telinga, bisa diajak ngomong juga. Jadi hati-hati lah, jangan sampai gebuk-gubuk," ujar dia.
Halaman 2 dari 5