Acara pertemuan praktisi pendidikan Katolik bersama M Nuh ini digelar di Wisma Samad, Jl Dermaga, Klender, Jakarta Timur, Rabu (23/4/2013). Hadir 137 praktisi pendidikan Katolik, mulai dari kepala sekolah hingga pemilik yayasan yang dipimpin oleh Romo Carolus.
Awalnya Carolus secara tegas menolak kurikulum 2013 dijalankan di sekolah Katolik. Dia beralasan konsep kurikulumnya belum matang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaiman guru yang mata pelajarannya tidak ada dalam kurikulum 2013?" kata Theresia.
Nuh pun memberi jawaban. Semua pelajaran itu intinya membentuk sikap. Desain kurikulum 2013 itu hanyalah desain minimum. Nanti sekolah bisa mengembangkan sendiri.
"Evaluasi kita sekarang memang yang dominan adalah kognitif, tapi kan sebenarnya syarat lulus itu ada 4, guru dan sekolah itu sudah kita beri kewenangan untuk menilai sikap dan ujian sekolah," jelas Nuh.
"Guru yang mata pelajarannya dihapus tidak akan dipecat, hanya akan mengajar mata pelajaran lain, kalau sudah mendapat sertifikasi maka akan dikonversi," sambungnya.
Selesai memberi pemaparan, Nuh bersama para tamu oleh pembawa acara diminta turun untuk mencicipi makan siang. Namun sebelum itu, Romo Carolus tiba-tiba meminta waktu untuk bicara. Dia menegaskan perubahan sikapnya terkait kurikulum 2013.
"Setelah mendengar paparan dari Pak Menteri, kami dari Majelis Nasional Pendidikan Katolik menyatakan siap untuk menjalankan kurikulum 2013 dan siap mengembangkannya. Karena kurikulum 2013 ini hanya desain minimum, maka kami akan mengembangkannya sesuai kebutuhan kami," ujar Carolus.
(mad/nrl)