Dalam perbincangan dengan wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (23/4/2013), Marzuki mengatakan, sepengetahuan dia, hanya dirinya kader PD yang diminta SBY bertarung di konvensi.
"Kalau Demokrat kelihatannya cuma ke saya. Tapi belum tahu, karena tidak mendaftar, tapi dipilih oleh komite internal," kata Marzuki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begitu ada dorongan, saya lihat dulu, apakah dorongan itu basa basi atau serius. Saya anggap inilah karir tertinggi saya di politik. Tapi pengabdian itu kan tidak hanya sebatas Ketua DPR," imbuhnya.
Dalam pemilihan capres, dikotomi etnis Jawa dan luar Jawa kerap disebut menjadi faktor dominan. Marzuki mengamini hal itu, namun dia berharap masyarakat Indonesia makin terbuka terhadap keragaman suku dalam isu kepemimpinan nasional.
"Pandangan saya mengatakan itu masih. Mudah-mudahan masyarakat kita sudah semakin memahami bahwa kita ini NKRI. Ada siklus kok. Bisa jadi abad 21 kembali ke Sriwijaya," ujar pria asal Sumatera Selatan ini.
Ketua DPR RI ini juga realistis memandang tingginya kritikan masyarakat terhadap DPR bisa mempengaruhi elektabilitasnya. Namun, dengan kerap turun ke bawah, dia meyakini citranya di masyarakat masih terjaga dengan baik.
"Individual itu kan menentukan juga. Saya kan dengan masyarakat dapil saya dekat. Banjir saya turun, dimana-mana saya turun, rakyat kan lihat itu," tuturnya.
Marzuki percaya dirinya memiliki elektabilitas yang bagus. Buktinya, PD masih memintanya untuk kembali menjadi caleg.
"Di Dapil DKI 3 (Jakarta Barat, Utara dan Pulau Seribu). Ada Didi Irawadi juga. Polling saya 40 persen popularitas dan 50 persen elektabilitas. Kalau itu mewakili Indonesia kan lumayan, di sana ada 8 kursi," ujarnya.
Namun, meski akan berusaha melakukan yang terbaik dalam konvensi capres, Marzuki tak terlalu ambisius. Tak ada target pribadi, dia mengaku hanya memikirkan kepentingan rakyat.
"Jadi intinya saya itu menjalani takdir. Tapi takdir di mana, saya tidak tahu. Kalau tidak dijalani, saya kan tidak tahu," pungkasnya.
(trq/van)