Kronologi Dugaan Malpraktik Anna Marlina oleh Dokter RS Persahabatan

Kronologi Dugaan Malpraktik Anna Marlina oleh Dokter RS Persahabatan

- detikNews
Selasa, 23 Apr 2013 14:09 WIB
Pandapotan Manurung memegang foto pernikahan dengan almarhum istrinya
Jakarta - Anna Marlina Simanungkalit (38) diduga suaminya, Pandapotan Manurung (40), mengalami malpraktik di RS Persahabatan hingga meninggal dunia. Anna datang dengan keluhan benjolan di leher, didiagnosa mengalami pembengkakan kelenjar tiroid, dioperasi dan dikatakan ada kanker ganas hingga akhirnya meninggal dunia. Bagaimana kronologinya?

Kronologi ini dipaparkan oleh Pandapotan Manurung di rumahnya, Mahoni Raya No 17 D, Pulomas, Jakarta Timur, Selasa (23/4/2013).

Rabu, 20 Februari 2013

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anna merasakan benjolan di lehernya. Anna dan suaminya periksa ke RS Persahabatan. Dirujuk ke Poli Bedah.

Dokter menyatakan Anna menderita pembengkakan kelenjar tiroid dan harus diangkat dengan operasi. Bila tidak mau dioperasi, Anna harus menelan obat seumur hidup, kelenjar tiroid Anna akan menjadi kanker ganas, kondisi tubuh lemah dan mudah terserang penyakit, terancam memiliki keturunan yang cebol.

Akhirnya, Anna memilih untuk dioperasi karena dikatakan tak ada risiko efek samping. Dokter memberi rujukan Anna untuk melakukan pemeriksaan jantung, ginjal, paru-paru dan pemeriksaan USG.

Rabu, 6 Maret 2013

Anna dan Pandapoten kembali lagi ke Poli Bedah RS Persahabatan dengan membawa hasil pemeriksaan dan USG. Dokter mengatakan hasil pemeriksaan normal dan Anna bisa dioperasi.

Minggu, 10 Maret 2013

Pada sore hari datang, ketika itu Pandapoten diminta dokter untuk menebus obat. Kemudian Anna diminta puasa dan dirawat di ruang anggrek II lantai 2, kemudian perawat meminta Anna untuk berpuasa.

Senin, 11 Maret 2013

Pukul 07.00 WIB

Pandapotan pergi ke untuk mengurus Kartu Jakarta Sehat (KJS) agar dapat pembebasan biaya di RS Persahabatan. Saat itu dia menerima SMS istrinya agar datang ke ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) karena operasi hendak dilakukan.

Ketika Pandapotan kembali ke RS Persahabatan, istrinya sedang menjalani operasi. Pandapotan menunggu di luar ruang operasi.

Pukul 13.30 WIB

Seorang petugas RS keluar memberikan Pandapotan satu botol untuk diperiksa ke laboratorium. Botol tersebut berisi daging dan cairan. Pandapotan yang awam mengasumsikan isinya adalah kelenjar tiroid istrinya karena dia tidak menerima penjelasan dokter maupun perawat.

Di laboratorium, Pandapotan diberitahu hasilnya bisa diambil sepekan kemudian. Kembali ke ruang operasi, petugas RS menjelaskan Anna sudah dibawa ke ruang rawat inap Anggrek lantai 2, padahal seharusnya dirawat di ruang ICU.

"Sore hari istri saya sadar. Baru bisa ngomong suara pelan dan mengeluhkan rasa sakit di leher. Saya tanya dokter jaga kenapa ini rasa sakit, dia bilang efek operasi. Hal sama juga dikatakan perawat," jelas Pandapotan.

Pandapotan bertanya apakah Anna sudah bisa diberi makan dan minum, pihak RS mengatakan bisa. Pandapotan memberi makan Anna bubur dan air putih yang disediakan RS. Saat itu, setiap makanan atau minuman yang masuk ke mulut Anna selalu membuat Anna tersedak. Lagi-lagi Pandapotan bertanya ke dokter jaga. Jawaban yang diterima masih sama: efek operasi.

Malamnya, Anna mengerang sepanjang malam. "Semenjak operasi pengangkatan tiroid saya tidak pernah dapat penjelasan dokter, baik langsung maupun tidak langsung melalui dokter jaga dan perawat," kata Pandapotan.

Selasa, 12 Maret 2013

Pagi

Dokter jaga datang. Pandapotan meminta istrinya yang mengerang semalaman dikasih obat penenang. Dokter jaga mengatakan tidak bisa memberikan obat pasca operasi hingga 3 hari sampai seminggu.

Sore

Pandapotan meminta dokter yang menangani istrinya datang. Saat itu perawat mengatakan karena dokter sedang libur sehingga tidak datang. Pandapotan bersikukuh dokter dipanggil namun alasan perawat, dokter yang menangani Anna sedang operasi, sedang ada pasien, sedang di jalan.

Pukul 24.00 WIB

Tidak tega dengan penderotaan istrinya, Pandapotan dengan nada tinggi meminta perawat agar dokter yang menangani istrinya untuk datang. Tidak sampai 5 menit dokter jaga datang dan mengatakan istrinya kesakitan karena efek operasi.

"Karena saya lihat pipi istri yang membengkak. Saya curiga istri saya ada infeksi, saya sempat menahan marah. Kemudian dokter mengambil darah dan meminta ambil ke lab. Saya bawa lab hasil, ada dokter mengatakan bahwa itu bukan infeksi. Dengan jawaban sama dia katakan efek operasi, saya pasrah," kata Pandapotan.

Rabu, 13 Maret 2013

Pukul 02.00 WIB

Anna yang mengerang kesakitan sudah tidak kuat hingga berdiri dan minta pindah ke RS lain.
Saat itu Pandapotan segera berkata ke pihak RS Persahabatan untuk meminta rujukan dan rekam medis untuk ke rumah sakit yang dituju.

"Tetapi justru saya digiring dokter jaga, saya ketemu dokter jaga, kemudian merayu agar tidak pindah. Saya mengalah karena melihat kondisi kesehatan almarhum seperti itu. Sekitar pukul 06.30 WIB kami mengalah," jelas Pandapotan

Pukul 07.00 WIB

Dokter yang sejak awal menangani Anna datang dan mendiagnosa rasa sakit yang diderita karena adanya pembekuan darah yang menutup saluran tiroid yang telah diangkat sehingga harus dibersihkan dengan operasi ulang.

"Saya kaget, saya sempat mempertanyakan dokter apa tidak jalan lain. Saat itu dokter bilang tidak ada. Dokter bilang kalau tidak dilakukan dapat mengancam nyawa pasien. Saya hanya bisa pasrah dan berdoa. Silakan yang terbaik, saya mau istri pulang dengan sehat, saya bawa ke ruang operasi setelah tanda tangan surat pernyataan," jelas dia.

Pukul 12.30 WIB

Dokter yang menangani Anna memanggil Pandapotan di depan loket operasi. Dokter itu menjelaskan kelenjar tiroid Anna telah menjadi kanker ganas, telah melilit pada saluran pernafasan dan pencernaan. Saat dilepas itu saluran menipis ditambah saluran pencernaan saat dilalui makanan atau minum saluran tersebut putus dan harus disambung tetapi dokter mengatakan RS Persahabatan tidak punya tenaga ahli.

"Dokter selalu berganti-ganti penjelasan. Awal dia bilang saluran pencernaan putus, kemudian dia bilang sobek. Ia juga bilang saat itu pasien harus dilakukan perawatan ke RSCM kalau kondisi pasien sudah stabil, almarhum pun dibawa ke ruang ICU," jelas Pandapotan.

Anna dibawa ke ruang ICU hingga Jumat, 22 Maret 2013.

Jumat, 15 Maret 2013

Ada pertemuan antara keluarga besar dengan tim dokter yang dihadiri 8 dokter RS Persahabatan. Dalam pertemuan dengan rumah sakit dokter memberikan penjelasan atas pertanyaan Pandapotan mengapa dirinya tidak diberikan penjelasan pasca operasi istrinya yang pertama dan mendapat penjelasan pasca operasi yang kedua.

"Jubir RS mengkonfirmasi ke dokter bersangkutan dikatakan dokter mengaku sedang di luar kota. Seketika itu saya tangkap berarti rumah sakit ini tidak profesional," jelas Pandapotan.

Dia juga menanyakan mengapa permintaannya untuk memindahkan istrinya ke RS yang lebih mampu menangani tidak dikabulkan. Jubir RS, imbuh Pandapotan, mengatakan bila RS Persahabatan tidak mampu akan dirujuk ke RSCM.

"Tetapi mereka kembali menenangkan saya lagi, ia bilang saat ini tidak bisa diantar ke RSCM karena kondisi kesehatan istri saya yang berisiko tinggi. Dan saya tagih komitmen apa yang bisa diberikan rumah sakit yang bisa saya percaya, mereka katakan akan panggil dokter ahli RSCM," jelas Pandapotan.

13-22 Maret 2013

Anna dirawat di ICU. Selama dirawat di ICU, Anna mengalami demam tinggi yang cukup lama dengan suhu yang naik turun sekitar 37-39 derajat Celcius. Pandapotan mengatakan mengapa panas Anna tak kunjung turun dan alat bantu pernafasan tak kunjung dilepas.

Dokter mengatakan Anna mengidap diabetes. "Lalu saya bilang bukankah sebelum operasi telah dilakukan peneriksaan yang dokter bilang semua normal? Dokter hanya diam," jelas Pandapotan.

Senin, 18 Maret 2013

Kemudian setelah 5 hari di ICU, Anna sempat membaik dan alat bantu pernafasan sudah dilepas.

Anna bisa bicara meski dengan suara pelan dan serak. Dokter kemudian mengganti perban di leher Anna. Perban pengganti itu sudah terendam cairan merah.

"Saya duga itu Betadine. Kemudian perban itu dililitkan ke dalam leher istri saya yang berlubang, sengaja dibuat lubang, dengan cara menyolok-nyolok menggunakan alat," jelas dia.

Jumat, 22 Maret 2013

Pagi

Dokter mengatakan Anna sudah bisa dipindahkan dari ICU ke ruang rawat inap. Pandapotan memastikan kembali dan atas persetujuan 4 dokter, Anna dipindah ke rawat inap.

Sore

Anna dipindah ke ruang rawat inap. Suhu badan Anna tinggi sehingga minta dikipasi sang suami hingga malam.

Sabtu, 23 Maret 2013

Pandapotan mendapati selang di dada istrinya. Dokter mengatakan selang itu untuk saluran obat. Selang itu lepas dan dokter meminta perawat memindahkan selang ke tangan Anna. Perawat lantas mengkonfirmasi bahwa keadaan Anna itu tidak apa-apa.

Dokter yang menangani Anna mengganti perban di leher seperti yang dilakukan saat Anna di ICU mencelupkan perban dengan cairan merah dan dimasukkan ke leher. Dokter mengajak Pandapotan berkomunikasi dan menjelaskan istrinya akan dipasang selang menuju lambung untuk suplai makanan dan dibuat corong ke lambung sehingga bisa dirawat di rumah.

Pandapotan setuju dan meminta dokter segera melakukan tindakan itu. Tidak lama kemudian, Anna menggigil dengan suhu tinggi dan diberi obat farmadol untuk menurunkan suhu badan. Kondisi Anna tak kunjung membaik dan Pandapotan ke ruang perawat mengapa dokter meninggalkannya saat sedang gawat.

Anna kemudian kejang hebat hingga gigi bergeletuk. Pandapotan khawatir lidah Anna tergigit.

"Dokter bilang, 'Nggak apa-apa Lae". Justru perawat cekatan membawa perban untuk mengganjal (mulut Anna). Saya histeris dan berdoa," tuturnya.

Dokter menelepon Pandapotan dan meminta Anna dirawat kembali di ICU. Sebelum sampai ke ruang ICU, Pandapotan melihat selang di dada Anna copot lalu dipindahkan ke dada bagian lain. Dokter melaporkan bahwa pemindahan selang di dada Anna gagal dan dilakukan tindakan kegawatdaruratan. Dokter memanggil Pandapotan memintanya mengambil obat ke apotek. Saat kembali, Pandapotan melihat dada istrinya sudah ditekan-tekan.

Nyawa Anna kemudian tidak tertolong.

22 April 2013

Pandapotan melaporkan dugaan malpraktik dokter RS Persahabatan ke Polda Metro Jaya mendapatkan nomor laporan LP/1316/IV/2013/PMJ/ Dit Reskrimum 22 April 2013.

"Sejak dari awal saya sudah bertekad untuk lapor, keluarga sudah saya ajak komunikasi untuk melaporkan upaya hukum. Dan sampai istri saya meninggal dokter tidak menepati janji seperti saat pertemuan akan mengirim dokter tim ahli dari RSCM," jelas dia.

"Tuntutan dengan rumah sakit, kami menutut dokter pidana perorangan. Nanti ada jalur perdata bisa rumah sakit, nanti berkembang," jelas dia.

Terkait laporan Pandapotan ini, pihak RS Persahabatan sudah mengetahuinya.

"Sekarang sedang dirapatkan dan dibahas dengan direktur utama, direktur medis dan komite medis. Hasilnya belum, nanti akan diinfokan bila sudah ada," kata Kepala Humas RS Persahabatan, Magdalena, ketika dihubungi detikcom hari ini.

(nwk/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads