"Kami panitia didampingi pengawas independen dan kepolisian, harus 17 Km ke Tideng Pale (Ibu Kota Kabupaten Tana Tidung) buat memfotokopi soal kemarin karena kekurangan soal. Di Sesayap Hilir ini tidak ada mesin fotokopi," kata Kepala SMAN 1 Sesayap Hilir Wasis Iryanto kepada detikcom, di kantornya, Selasa (23/4/2013).
Sekadar diketahui, Kabupaten Tana Tidung, merupakan salah satu wilayah terjauh di pedalaman Kalimantan Timur bagian utara. Menuju Tideng Pale, ditempuh selama 2,5 jam menelusuri Sungai Sesayap dengan menggunakan speed boat dari Kota Tarakan, yang juga berada di utara Kalimantan Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Siswa kami jurusan IPS mata pelajaran Bahasa Indonesia, kekurangan 2 kelas. Sampai Minggu (21/4/2013) malam kemarin, baru jam 23.30 WITA tuntas difotokopi di Tideng Pale. Karena malam selesai, kami kemarin melaksanakan UN tepat waktu pukul 07.30 WITA," ujar Wasis seraya menambahkan peserta UN di SMAN 1 Sesayap berjumlah 42 siswa.
"Persoalan penundaan UN karena kekurangan soal dan distribusi seperti ini, saya harap tidak terjadi lagi. Pemerintah benar-benar harus bisa memetakan dengan baik, wilayah pelosok dan kota, jarak tempuh yang diperlukan, jangan disamaratakan," tegas Wasis.
Persoalan tidak berbeda, juga terjadi di SMAN 1 Sesayap di Tideng Pale. Di sekolah itu, amplop yang dicetak percetakan di Jakarta, tidak menyertakan soal UN untuk siswa IPA bagi SMAN 1 Sesayap, Tideng Pale, Kabupaten Tana Tidung. Akibatnya, UN baru dimulai pukul 08.00 WITA dari jadwal pukul 07.30 WITA.
"UN hari kedua kemarin, ada 1 amplop untuk siswa IPA dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, ternyata berisi mata pelajaran yang sama tapi untuk siswa IPS. Itu tertulis di amplopnya," kata Kepala SMAN 1 Sesayap Agus Salim.
"Setelah kita diskusikan bersama pengawas dan Dinas Pendidikan, soal Bahasa Indonesia ternyata sama untuk IPA dan IPS, tidak ada perbedaan. Ujian untuk siswa IPA, tetap dilanjutkan dengan menggunakan soal Bahasa Indonesia yang diamplopnya tertulis untuk siswa IPS," tutupnya.
(rmd/rmd)