Tujuh siswa tuna netra dan low vision di SMP Yayasan Kesejahteraan Anak-anak Buta (YKAB) Surakarta harus mengerjakan soal ujian umum seperti siswa normal pada umumnya, Senin 22/4/2013. Untuk mengetahui isi soal, mereka dibantu oleh pengawas yang membacakan soal itu. Selanjutnya para siswa mengisikan sendiri jawabannya pada kertas lembar jawaban.
Pilihan itu diputuskan oleh pihak sekolah dengan berbagai pertimbangan. Meskipun sebenarnya ada dua jenis soal ujian yang dikirim ke sekolah, yaitu soal umum yaitu menggunakan huruf biasa dan soal khusus yang menggunakan huruf braille.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ali mengatakan, seharusnya ada alokasi perhatian khusus untuk siswa-siswa berkebutuhan khusus. Pada UN tahun-tahun lalu, kata dia, ada perbedaan khusus untuk siswa yang mengerjakan jenis soal yang berbeda. Untuk siswa yang mengerjakan soal dengan huruf braille diberi tambahan waktu karena memang model pembacaan huruf braille dengan cara perabaan membutuhkan waktu yang lebih lama.
"Tahun ini semua disamakan. Waktu yang diberikan panitia untuk mengerjakan soal ujian sekitar dua jam, untuk semua siswa tanpa kecuali. Padahal, waktu yang dbutuhkan siswa tuna netra untuk mengerjakan soal braille bisa memakan waktu hingga tiga jam. Karena itulah kami memutuskan siswa mengerjakan soal biasa dengan dibantu pengawas," lanjutnya.
Keluhan juga disampaikan oleh siswa Rizqi Ristanto, yang merasa sulit memahami ketika soal itu berupa gambar denah. Dia merasa cukup kesulitan memahami soal denah yang digambarkan oleh pengawas yang membacakan soal.
"Masih ada satu lagi yang kami khawatirkan yaitu ketika nanti ujian mata pelajaran maematika menggunakan soal umum untuk siswa awas yang dibacakan pengawas. Pasti kami akan bingung memahaminya. Sebaiknya nanti untuk soal matematika tetap menggunakan soal braille," ujarnya.
(mbr/fjr)