"Saya yakin semua saudaraku mendukung. Program saya 'bali desa mbangun desa' itu program pembangunan yang terukur dan paling riil," ujar Bibit kepada wartawan usai pelantikan wakil walikota Surakarta di gedung DPRD Surakarta, Rabu (17/4/2013).
Dia memaparkan selama dia menjadi gubernur, pertumbuhan ekonomi di Jateng mencapai 6,3 persen, di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,2 persen. Produksi pertanian di Jateng juga disebutnya menyangga ketahanan pangan nasional 15-16 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi dari survei LSI itu juga diketahui pemilih saya dari semua lintas partai. Yang mencalonkan saya adalah Partai Demokrat, Golkar, PAN, tetapi dari survei diketahui pemilih saya berasal dari semua parpol peserta pemilu, tetapi memang prosentasenya berbeda-beda," lanjutnya.
Sedangkan dalam pidato pelantikan wakil walikota Surakarta, Bibit memamerkan darma baktinya untuk warga Solo. Bahkan dengan senda-gurau dia mengatakan slogan pembangunan poros Joglosemar (Jogja - Solo - Semarang) yang telah dicanangkan sejak Orde Baru baru bisa terlaksana setelah dia menjadi gubernur.
"Joglosemar itu nunggu Bibit kok. Saya ini, sebetulnya diam-diam bakti saya untuk saudaraku di Solo dan sekitarnya ini kan luar biasa. Tapi ya memang di sini saya selalu dicela. Salah saya itu ya apa lho kok selalu dipersalahkan? Tapi ya tidak apa-apa, saya tetap kerja keras saja lah. Kerja, loyal, tegak lurus," tegas Bibit.
Selama menjabat sebagai gubernur Jateng, Bibit Waluyo memang beberapa kali terlibat ketegangan dengan Pemkot dan warga Solo. Diantaranya adalah polemik produksi dan penggunaan mobil esemka sebagai mobil dinas dan polemik penggunaan aset eks pabrik es Saripetojo yang puncaknya Bibit menyebut Walikota Surakarta saat itu, Jokowi, sebagai walikota yang bodoh.
(mbr/try)