Lolos dari Jeratan Preman dengan Rambut Gondrong dan Ngaku 'Anggota'

Kejahatan Jalanan

Lolos dari Jeratan Preman dengan Rambut Gondrong dan Ngaku 'Anggota'

- detikNews
Jumat, 12 Apr 2013 12:53 WIB
Jakarta - Berbagai cara dilakukan masyarakat agar lolos dari aksi kejahatan jalanan. Sebagian ada yang menggunakan teknik unik. Bukan dengan dengan kekerasan, tapi lewat pendekatan penampilan atau mengaku-ngaku sebagai aparat.

Seorang warga bernama Iyan Maulana pada tahun 1999 pernah lolos dari todongan preman hanya gara-gara berambut gondrong. Saat itu, dia naik bus dari terminal Pulogadung jurusan Cawang.

"Ada 6 orang teman saya sama-sama pergi dan naik bus," terangnya saat berbincang dengan detikcom, Jumat (12/4/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dalam bus, banyak sekali pengamen dan pengemis. Lalu, ada juga empat orang gondrong yang bertato memalak sejumlah penumpang.

"Ada salah satu preman langsung duduk sebelah saya dan memepet saya. Spontan saya kaget, nggak tahunya dia minta izin sama saya dan teman-teman sambil berkata 'Bang gondrong, saya butuh uang buat mabok saya mau malak ya' sambil menyodorkan rokok ke saya," cerita Iyan.

Iyan tak mengizinkan mereka. Para penodong itu langsung disuruh turun bus dan mencari bus lainnya.

"Itulah pengalaman saya. Ternyata penampilan anak musik yang gondrong dan sedikit urakan bisa buat preman takluk," katanya.

Oryza punya kisah lain lagi. Dia pernah dua kali hendak jadi 'korban' preman di kawasan Senayan, Jakarta. Namun dua kali pula dia lolos dengan cara berpura-pura sebagai aparat.

"Saya hanya berhenti untuk mengantar dan kembali ke mobil untuk pulang. Tapi saya diminta uang parkir," ujarnya.

Pegawai Kemenkum HAM ini pun sadar orang yang meminta parkir adalah preman. Tak habis akal, dia pun mengaku sebagai 'anggota'.

"Saya anggota, siapa yang suruh kamu tarik parkir di sini? Mau saya angkut kalian?' Ternyata mendengar kata anggota, preman itu keder juga. Dia langsung bilang, 'Sorry bos, nggak bilang sih dari tadi'. Kata anggota diartikan saya mungkin anggota polisi atau angkatan, padahal saya hanya anggota masyarakat biasa," ceritanya.

Kejadian kedua juga terjadi di Senayan. Ada preman yang meminta parkir hingga Rp 15 ribu. Namun dengan modal nekat, Oryza berhasil mengelabui para preman itu kembali.

Caranya, Oryza berpura-pura mengaku sebagai aparat. Dia lalu meminta rokok pada preman itu dan berjanji akan kembali ke lokasi tak lama lagi. Tak lupa, dia menitipkan mobilnya pada sang preman.

"Cepat kau beli ya, saya mau kontrol dulu, 5 menit lagi saya datang. Aku titip mobil, lecet dikit kukandangi kau. Berlagak mau kontrol lapangan, saya tukarkan tiket, dan balik ke mobil, sebungkus rokok sudah diserahkan," ungkapnya.

(mad/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads