Aksi yang diprakarsai tukang becak yang biasa mangkal di kawasan Malioboro dan sekitarnya itu diawali dari Taman Parkir Abu Bakar Ali di dekat pintu KA Stasiun Tugu. Tenda penutup becak dibuka, di bagian depan jok dipasang berbagai poster bertuliskan tuntutan. Beberapa diantaranya bertuliskan 'Preman Tumpas Jogja Jos', 'Monggo Walikota Yogya tumpas premanisme', 'Premanisme bikin sengsara rakyat'.
"Pagi hingga siang ini, kami bersama komunitas becak Malioboro, Stasiun Tugu dan sekitarnya tidak menarik atau cari penumpang," kata koordinator aksi, Suwignyo Ngadino, kepada wartawan di sela-sela aksi di halaman gedung DPRD DIY, Kamis (11/4/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tidak aman, wisatawan akan turun. Kami susah cari duit," kata Suwignyo.
Selain komunitas pengemudi becak, aksi juga diikuti paguyuban PKL yang biasa mangkal di Malioboro hingga Pasar Beringharjo. Aksi juga diikuti oleh Masyarakat Yogya Anti Anarkis dan berbagai komunitas lainnya. Untuk memeriahkan aksi, massa mengajak komunitas kesenian kuda lumping Tresno Mataram.
Saat aksi berlangsung massa juga membagi-bagikan selebaran bertuliskan 'Lawan Premanisme'. Isi selebaran adalah sikap menentang dan melawan premanisme. Premanisme dinilai akan mengganggu kenyamanan dunia pendidikan dan ekonomi. Mereka meminta kepada pemerintah daerah dan aparat untuk membasmi premanisme di Yogya.
Aksi berakhir di titik nol kilometer di simpang empat Kantor Pos Besar Yogyakarta. Setelah membacakan beberapa tuntutannya massa, membubarkan diri. Selama aksi berlangsung aparat kepolisian terus mengawal hingga selesai.
(bgs/try)