Tolong! Fatihayah, Bocah Diduga Berkelamin Ganda Masih Perlu Uluran Tangan

Tolong! Fatihayah, Bocah Diduga Berkelamin Ganda Masih Perlu Uluran Tangan

- detikNews
Rabu, 10 Apr 2013 17:29 WIB
Fatihayah digendong ibunya. (David/detikcom)
Jakarta - Masih ingat dengan bocah malang bernama Fatihayah (7) yang diduga menderita kelamin ganda? Ipat, panggilan Fatihayah, masih memiliki tonjolan di kelaminnya yang diduga sebagai kelamin 'ekstra'. Meski pernah sekali menjalani operasi, kondisi kulit dan kelamin Ipat belum normal kembali.

Encim (36) dan Lina (36) orangtua Ipat sudah tidak tinggal lagi di Jalan Warakas I RT 13/01 Warakas, Tanjungpriok, Jakarta Utara. Detikcom menyambangi kediaman Encim yang baru di Kampung Bahari Gang Tiga RT 04/06 No 214, Tanjungpiok, Jakarta Utara, Rabu (10/4/2013).

Rumah kontrakan Encim cukup mengkhawatirkan, matahari tidak masuk ke rumahnya karena berada di dalam gang kecil yang hanya selebar 1 meter. Setelah masuk ke dalam gang sepanjang 10 meter yang diapit rumah-rumah itu, lalu berbeloklah ke dalam gang yang lebih sempit, hanya selebar setengah meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pintu tua yang tampak keropos terpampang di depan ruangan berwarna hijau yang hanya berukuran 3 x 6 meter dan terbagi dua, satu untuk tempat tidur dan satu ruangan untuk bersantai atau menerima tamu. Rumah ini dihuni 6 orang. Kamar mandi untuk keperluan MCK berada diluar, ukurannya hanya 0,5 x 2 meter.

"Tinggal di sini baru 6 bulan, sebelumnya saya tinggal di Warakas. Saya pindah karena ribut sama keluarga," tutur Encim.

Keributan yang terjadi bukan tanpa sebab, melainkan sepupu Ipat yang seumuran terus menerus meledek kondisi Ipat. Encim dan Lina pun mengkhawatirkan pertumbuhan psikologis Ipat jika terus menumpang di rumah milik saudara Encim di Warakas.

"Gara-garanya anaknya saudara meludahin Ipat, terus berantem. Bapaknya nggak terima, marah-marah. Terus saya pikir dari pada ganggu pertumbuhan Ipat mending kami pindah," ujar Encim.

Ipat diduga menderita kelamin ganda pada tahun 2010 lalu saat usianya masih 4 tahun. Operasi pun pernah dijalani Ipat berkat bantuan donatur, namun operasi belum maksimal. Hasil operasi itu membekas di perut Ipat. Kondisi ini membuat orangtua Ipat khawatir.

"Ternyata yang dioperasinya bukan kelamin tapi kulit. Waktu diangkat kulitnya itu kata dokter mau diangkat lagi tapi hasilnya malah saya lihat kasihan dari perutnya itu," ujar Lina (36), ibunda Ipat.

Maksud Lina, Ipat menderita kelainan kulit yang berwarna hitam dan berbulu. Kelainan kulit ini memenuhi bagian bokong, punggung, perut, paha, tangan, dan pipi Ipat. Bekas operasi 2 tahun lalu di bagian perut Ipat tampak tidak rata dan mirip sisik ular.

"Saya pengennya dia bisa normal, walau pun kulit seperti itu jangan sampai kelaminnya mengganggulah buat dia. Supaya dia bisa main-main juga," ujar Lina.

Oleh karena itu, Lina melakukan konsultasi terkait kelamin Ipat. Dokter pun menyarankan operasi kelamin Ipat dilakukan saat Ipat mendapatkan menstruasi.

"Saya mau operasi kelaminnya, tapi kata dokter menunggu menstruasi. Sebelum menstruasi nanti perubahan lubangnya tambah sakit. Jadi tunggu menstruasi jadi tidak pakai alat lagi untuk lubangnya," ujar Lina.

Ipat sendiri dikatakan oleh dokter berjenis kelamin perempuan. Hal ini berdasarkan jumlah kromosom yang dimiliki Ipat membuat dirinya lebih feminim.

"Dia memang cewek, tonjolan itu juga katanya semacam klitoris saja yang agak berlebihan. Dokumen kesehatan anak saya dibawa Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cililitan. Sudah setahun nggak dikembaliin lagi," ujar Lina.

Lina menambahkan Ipat tidak pernah mengeluhkan kondisi kelaminnya. Namun Ipat kadang-kadang menunjukkan perilaku tidak wajar yakni menggesekan pahanya cukup lama.

"Kencing sih normal, cuman buangannya agak ke belakang. Dia rasanya cuman geli saja katanya. Kadang-kadang dia suka gesek-gesek pahanya, katanya bukan gatel, gitu terus sampai keringetan," ujar Lina.

Kini Encim dan Lina tidak bisa berbuat banyak untuk kondisi Ipat yang juga menderita kelainan kulit. Hal ini dikarenakan Encim hanya bekerja serabutan dengan pendapatan kurang dari Rp 800.000 sebulan, sementara Lina hanya bekerja sebagai buruh rumah tangga dengan penghasilan Rp 400.000 per bulan.

"Kita bayar kontrakan sebulan Rp 400 ribu, jadi pendapatan ya dari kami saja," ujar Encim.

Pada tahun 2010 lalu, Ipat sempat mencuri perhatian publik terkait kondisinya. Saat ini, Ipat masih memerlukan uluran para dermawan untuk operasi penyakitnya.

(vid/rmd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads