Jauh sebelum kasus LP Cebongan, ada kehidupan 'lain' di balik harmoni Yogyakarta. Apalagi kalau bukan kehidupan malam atau dunia 'gelap'. Keributan kerap terjadi, terutama antara warga setempat dan pendatang. Sekali waktu, keributan itu mengakibatkan rumah warga dan mobil rusak.
"Dalam 5 tahun terakhir ini sudah tidak terhitung jumlahnya," kata seorang tukang parkir di daerah Babarsari, Sleman, Heryanto, kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat detikcom menelusuri kawasan itu, Senin (8/4) selepas pukul 22.00 WIB, beberapa warung makan kaki lima mulai tutup. Para pedagang mengemasi dagangannya. Jalanan tak begitu ramai.
"Sudah mulai aman. Malam Minggu biasanya ramai, kemarin juga biasa," kata Heryanto.
Menurut dia, sebelum kasus Deki (tersangka pembunuhan anggota Kopassus Serka Heru Santoso) mencuat, sering terjadi keributan antar kelompok mahasiswa asal Indonesia Timur. Terutama di malam Minggu atau hari libur.
"Pemicunya sepele, mabuk-mabukan atau urusan duit tagihan debt collector," tambahnya.
Hal senada diungkapkan Sumaryadi (45), pedagang kaki lima asal Jawa Timur. Beberapa keributan antar preman tak pernah ada penyelesaian. Pemerintah desa setempat, beberapa kali memfasilitasi dialog. Sempat muncul usulan mahasiswa yang ribut atau berkelahi akan diusir dari kos-kosan.
"Tapi keributan masih sering terjadi saat itu," kata pria yang bertempat tinggal di kawasan Tambakbayan ini.
Dari sekian banyak kejadian, keributan di Hugo's Cafe dan Jalan Dr Soetomo Yogya dianggap paling menggegerkan. Di Hugo's, seorang anggota Kopassus Serka Heru Santoso dikeroyok hingga tewas, Selasa (19/3/2013). Empat orang ditangkap dan jadi tersangka. Dua hari kemudian, Kamis (21/3), mantan anggota Kopassus yang bertugas di Kodim 0734 Yogya, Sertu Sriyono, dibacok. Dua kejadian itulah yang dianggap menjadi pemicu 11 oknum anggota Kopassus 'menyerbu' dan menembak mati 4 tersangka pembunuhan Serka Heru Santoso.
Sejak itu, orang-orang yang biasa membikin keributan tak berani tampil. Bahkan disebut-sebut, sebagian di antaranya meninggalkan Yogyakarta. Apalagi isu-isu liar bertebaran: preman-preman akan dihabisi oknum Kopassus. Mereka melarikan diri, tiarap, atau akhirnya sadar dan kembali ke jalan yang 'benar'?
(try/nrl)