Berikut Pembelaan yang didapatkan Detikcom, Kamis (4/4/2013).
Bapak/Ibu anggota Majelis DPP KPK yang saya hormati
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kehadiran saya disini, semoga bisa meyakinkan Anda akan kesungguhan hati saya untuk membantu Anda dalam mencari solusi atas polemik yang saat ini terjadi. Karena, bisa saja saya menjadi seorang pengecut dan pecundang, lari dari tanggungjawab, atau meminta perlindungan dari pihak yang diuntungkan atas kejadian ini. Itu misalnya jika saya menjual harga diri dan kehormatan saya, dengan katakanlah menjual dokumen sprindik itu kepihak lain, selain saya memberikannya ke media. Tapi tidak, saya tidak akan menjual harga diri dan kehormatan saya. Cukuplah saya miskin materi, tapi diatas itu, saya masih memiliki harga diri yang menjadi kehormatan saya. Dan saya akan melakukan apapun untuk mempertahankan kehormatan itu.
Alasan mengapa saya melakukan itu, karena idealisme saya. Kebencian saya terhadap korupsi, utamanya pelaku korupsi yang memainkan 'politik citra' dan 'kamuflase citra', untuk menutupi kebohongan, kebusukan dan kesalahan yang mereka lakukan, yang menyebabkan penderitaan bagi rakyat banyak. Mereka ini, tidak lagi mengindahkan aspek moral-spritual, tidak ada lagi sekat/ batasan apa yang dinamakan etika, moral, dan apa yang dinamakan kebejatan - mohon maaf saya menggunakan kata 'kebejatan' - karena korupsi adalah tindakan/perbuatan bejat, yang mereduksi nilai-nilai kemanusiaan. Perbuatan saya ini, semata-mata murni karena idealisme saya. Tidak ada tekanan, paksaan, dan intervensi dari siapapun.
Siapa saya yang berani melakukan tindakan beresiko tersebut, sampai kredebilitas lembaga, dan nyawa saya pun dipertaruhkan?
Saya hanyalah seorang anak muda yang lahir di sebuah desa terpencil, di ujung Kab Butpn, Propinsi Sulawesi Tenggara. Anak dari seorang guru Sekolah Dasar (SD) yang dalam usia 15 tahun pengabdiaannya, hanya sepeda kumbang butut yang setia menemani hari-harinya mengajar. Dan karena pengorbanan itulah, kami anak-anaknya bisa melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Belajar dan berupaya keras untuk menggapai cita-cita kami.
Saya hanyalah anak muda yang mengagumi Cicero, Plato, Aristoteles, Hegel, Marx, Gramscy, Fukuyama, Huntington, Mao, Syariati, Ibnu Khaldun, Habermas, Chomsky, Soekarno, Tan Malaka, Pramoedya, Gusdur, Kuntowijoyo, Goenawan Mohammad, dan tokoh-tokoh lain melalui pikiran dan tulisan-tulisan mereka. Mereka adalah orang-orang yang berkontribusi membentuk peradaban, dan saya merasa bersyukur dan berterimakasih telah menjadi bagian dari peradaban itu.
Saya hanyalah anak muda yang masih suka berdialektika tentang idealisme, masih berupaya untuk belajar memnaknai arti 'idealisme', dan perbuatan/tindakan saya ini adalah wujud dari idealisme saya itu. Meskipun dikemudian hari saya menyadari mahalnya harga yang harus dibayar, dan saya siap untuk bertanggungjawab dan berkorban atas apa yang telah saya lakukan. Sekalipun saya harus mempertaruhkan nyawa saya sendiri.
Saya juga menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak yang merasa telah dirugikan akibat tindakan saya. Permohonan maaf ini saya sampaikan kepada rakyat Indonesia yang selama ini iklhlas dan tulus serta setia mendukung KPK, terkhusus kepada KPK sebagai lembaga tempat saya belajar dan mengabdi. Permohonan maaf ini dari lubuk hati saya yang paling dalam.
Kepada penyidik KPK yang merasa terkhianati akibat tindakan saya ini, saya menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya. Anda semua adalah punggawa lembaga ini. Garda terdepan dalam upaya pemberantasan korupsi di negara yang kita cintai ini. Anda adalah orang-orang profesional yang siap menempuh resiko apapun, bahkan bersedia mempertaruhkan nyawa anda untuk mengemban tugas mulia ini. Rakyat Indonesia patut berterimakasih kepada anda.
(fiq/ndr)