Sena (15), siswa kelas X Pemasaran 1 SMK PGRI 3 yang menjadi korban pemukulan mengatakan, tindak kekerasan tersebut terjadi saat mata pelajaran Seni dan Budaya yang diampu Deden Irawan. Saat ditanya soal tugas fotokopi, ia mengaku belum membuatnya.
"Saya langsung digampar," kata Sena saat ditemui di sekolahnya, Selasa (02/04).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga nggak ngerjain tugas. Tapi kalau saya cuma dijambak rambut saya," kaya Yogi Perdana (15).
Eti Susanti (35), orangtua Yogi Perdana, mendatangi sekolah. Dia protes karena anaknya ke sekolah bukan untuk dipukul, tapi dididik. "Kalau mau kasih pelajaran, kasih dengan cara lain, bukan dipukulin," kata Eti.
Pihak sekolah memediasi masalah itu. Pelaku mengaku kesal lantaran ke-6 siswa tersebut sudah terlalu sering mengabaikan tugas. Tugas itu diberikan sejak awal semester, tapi siswa tidak mengerjakannya.
"Saya emosi," kata Deden yang ditemui usai mediasi.
Deden mengaku menyesal telah menganiaya siswa-siswanya. "Saya sudah meminta maaf kepada orangtuanya masing-masing. Saya janji tidak mengulangi," kata Deden.
Kepala SMK PGRI 3 Bogor, Ujang Abdurohim, mengaku akan mengevaluasi kinerja guru-guru. "Cara guru kan macam-macam dalam mendidik siswanya agar siswa dapat memperoleh nilai bagus. Tapi saya tidak membenarkan cara-cara kekerasan. Yang jelas yang bersangkutan sudah mengakui perbuatannya dan meminta maaf," kata Ujang.
(try/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini