"Temuan tersebut diperoleh saat dilakukan ekskavasi arkeologi di lereng timur situs tersebut. Bentuknya tidak beraturan dengan panjang 10 cm, lebar 6 cm, tebal 2,5 cm, dan di sekujur permukaannya terdapat rongga-ronga," jelas Ketua Tim Arkeologi Ali Akbar saat berbincang, Selasa (2/4/2013).
Temuan itu telah dianalisis di Laboratorium Uji Departemen Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia. Analisis komposisi mikro dengan menggunakan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) telah menunjukkan komposisi kimia temuan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Temuan ini juga memiliki rongga-rongga kecil separate sponge di sekujur permukaannya. Temuan ini adalah logam besi (slug) yang merupakan hasil pembakaran hancuran batuan untuk mengkonsentrasikan metalnya yang nampaknya masih tercampur dengan clinkers (carbon). Clinkers atau bahan pembakarnya bisa carbon dari kayu atau dari batubara atau dari minyak bumi," jelas Ali yang juga Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI).
Rongga-rongga yang ada di sekujur material menandakan pada proses pembakaran itu terjadi pelepasan-pelepasan gas (CO2) ke permukaan material.
"Berdasarkan temuan tersebut, pada masa lalu telah ada proses pembakaran hancuran batu dengan temperatur tinggi. Minimal suhu yang diperlukan adalah 600 derajat Celcius. Dapat diperkirakan pada masa lalu masyarakat mencari dan mengumpulkan batu-batu yang mengandung bijih besi, lalu menghancurkannya menjadi potongan-potongan kecil. Selanjutnya masyarakat zaman itu mencari bahan bakar katakanlah batang pohon dalam jumlah besar," urai Ali.
Masyarakat juga harus mempertahankan nyala api agar tetap stabil dan dapat memisahkan kandungan logam besi dari potongan-potongan batu itu.
"Temuan logam ini semakin memperkuat bahwa proses pemurnian pembuatan logam telah dikuasai oleh masyarakat Gunung Padang kala itu. Ahli metalurgi telah dikenal pada masa itu. Ahli inilah yang mampu mengenali mineral atau unsur di dalam batuan. Ahli ini pula yang mampu memadukan beragam mineral dengan melakukan pembakaran pada suhu yang tinggi," jelasnya.
"Temuan semen purba di kotak ekskavasi yang kadar besinya tinggi juga memperkuat kesimpulan tersebut," tambahnya.
(ndr/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini