"Dari tahun 2000 sudah tinggal di sini. Selama itu saya sudah hampir 4 kali digusur, meski beratap kolong jembatan ini tapi sudah berasa hotel bintang lima bagi kami, panas tidak kepanasan, hujan tidak kehujanan," ujar seorang penghuni, Kamil kepada detikcom, Minggu sore (1/4/2013)
Kamil mengaku sudah belasan tahun merasakan hidup di bawah kolong jembatan. Dalam kesehariannya ia bekerja memulung sampah botol plastik untuk dijual lagi kepada pengepul
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cita-cita Kamil sebenarnya ingin memiliki KTP DKI Jakarta dan hunian yang layak bagi anak-anaknya. Tapi, bila itu tak mungkin, dia berharap Pemrov DKI menata kawasan hunian di bawah kolong jembatan.
"Tapi kalau bisa ngomong kita maunya bisa dirapihin di tata, meski kita harus bayar buat pajak pemerintah nggak masalah. Saya yakin 100% mereka pada mau, selain itu kita dapat KTP dan KK sebagai warga Jakarta kita sudah cukup," tuturnya.
Hal senada juga diceritakan oleh Dakim, Ia mengaku memiliki harapan yang sama seperti penuturan tetangganya Kamil. Lebih lanjut Dakim menjelaskan alasan tidak mau direlokasi ke tempat lain.
"Sekarang gini aja kalau kita dipindah ke rumah yang layak siapa si yang nggak mau? Tetapi masalahnya kami ini pemulung, pekerjaan kami mengumpulkan sampah, kalau di rusun terus barang-barang rongsokan kami, mau ditaruh kemana?" tanya Dakim.
Menurutnya kalau meski harus tinggal di bawah kolong jembatan dengan rumah berukuran 3x4 meter, dirinya sudah merasakan hidup nyaman dan tentram.
"Di sini sudah nyaman, bagi kami sudah melebihi seperti hidup di Hotel bintang lima, meski kami pemulung, tetapi kami bisa menghasilkan uang," tuturnya.
(edo/ndr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini