"Saya pengen tinggal di kampung. Pengen bisa jualan lagi," kata Mak Tun saat ditemui detikcom di kolong jembatan Semarang, Jawa Tengah, Rabu (27/3/2013).
Anjing Mak Tun semuanya diberi nama. Ada yang dinamai Urip, Belang, Pretty dan nama-nama lainnya. Dia sangat sayang terhadap anjing-anjing itu karena merekalah keluarga Mak Tun. Rasa sayangnya bak ibu pada seorang anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski hidup susah, Mak Tun memang kerap mendapatkan bantuan. Ada rekan-rekan aktivis pecinta hewan dan beberapa donatur. Seorang pria dari kawasan Ngemplak Simongan bernama Doni juga kerap memberinya makanan.
"Kalau nggak ada itu aku susah makannya, kadang beliin beras 2 kilogram. Dia buka tambal ban di daerah Depok," terangnya.
Saat berbincang, tiba-tiba anjing Mak Tun yang bernama Mentel dan Urip bertengkar. Dia kemudian memarahi Mentel yang lebih besar seperti memarahi anaknya. Sedangkan Urip cepat-cepat diraih dan digendong, dipeluk dan diciumi. Urip yang berdarah itu pun diseka dan diciuminya lagi.
Doni (90) saat ditemui di lokasi terpisah mengatakan, pagi dan sore memang dia kerap memberi makan Mak Tun. Dia merasa kasihan karena wanita 55 tahun itu tampak merana.
"Saya dari hasil tambal ban bantu-bantu sedikit. Setiap hari ngasih, misal pagi nggak bisa ya saya usahakan sorenya," kata Doni.
"Dia orangnya ramah dan baik, dulu pernah mau balas budi ke saya, tapi saya nggak mau. Keadaan dia seperti itu," cerita Doni lagi.
Bambang, seorang tukang parkir di lokasi tersebut mengatakan, anjing Mak Tun tak pernah mengganggu. Meski sering berjalan-jalan, anjing-anjing itu malah tampak lucu.
(mad/trq)