"Kita menghapus yang rusak dan kita isi dengan commuter line. Ini untuk pelayanan standar," jelas Humas PT KAI Daops I Agus Sutijono saat berbincang, Senin (25/3/2013).
Menurut dia, saat ini kondisi KRL ekonomi sudah uzur. Lagipula suku cadangnya sulit didapat. Kerap kereta ekonomi mogok dan malah merepotkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PT KAI mengaku, dengan beralihnya kereta ekonomi ke kereta commuter line memang otomatis harga akan naik. Biasanya ongkos ekonomi Rp 2 ribu, setelah dialihkan ongkos menjadi Rp 8 ribu.
"Kita sudah bicara soal subsidi kepada DPR. Jadi agar yang tidak mampu diberi kartu, ini subsidi langsung. Sekarang pemerintah mampu atau nggak untuk melakukan subsidi?" ujarnya.
Upaya penghapusan KRL ekonomi ini menuai protes. Salah satunya aksi demonstrasi di Stasiun Bekasi pagi tadi. Penumpang menguasai rel sehingga kereta tak bisa jalan.
Suara penentangan juga datang dari sejumlah penumpang. Misalnya saja Endin (26), office boy yang bekerja di kawasan Mampang, Jaksel. Dia bisa menumpang kereta dari rumangnya di Parung ke Pasar Minggu.
"Saya cuma mikir ongkos saja. Biasanya Rp 2 ribu, terus jadi Rp 8 ribu. Itu kan ada beda Rp 6 ribu, lumayan buat makan siang di warteg atau nambah-nambah susu anak," tutur Endin.
Pro kontra penghapusan KRL ekonomi memang simalakama. Tapi apapun alasannya, pelayanan kereta harus yang utama.
(ndr/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini