"Orang harus tahu dulu sifat teroris, teroris sangat rentan, bersembunyi dengan masyarakat. Karena sifatnya itulah kita tidak bisa terbuka," kata Rudy yang kini menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanganan Terorisme (BNPT), Kamis (21/3/2013).
Selain itu, jaringan kelompok teror sangat luas dan besar. Dia mencontohkan, tersangka Santoso yang licin saat akan disergap petugas. Terakhir, Santoso terdeteksi di Kalora, Poso Pesisir, namun saat akan disergap aparat mendapatkan perlawanan dari warga sekitar dengan bom dan senjata api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh lain adalah ketika personelnya harus berurusan dengan kepolisian wilayah, dimana personelnya itu disangka sebagai pelaku perampokan toko emas. Meski ditahan, anggota Densus tersebut tidak membuka siapa dirinya.
"Kalau dibuka, akan rusak semua operasi jaringannya," jelas Rudy.
Begitu pula dengan seorang personel yang menyamar menjadi tukang baso gerobak saat upaya penangkapan kelompok teroris Palembang. Dia terpaksa dirawat di rumah sakit karena kena hunusan pisau orang tidak dikenal.
"Dia enggak pernah ngaku polisi, dia bawa pistol kok, dia enggak nembak, dia pilih berobat ke rumah sakit, daripada jaringannya terbuka semua," cerita Rudy.
Rudy membantah adanya tindakan tidak manusiawi dari aparat organik dan Densus 88/Antiteror dalam penangkapan Wiwin Kalahe 22 Januari 2007 lalu, seperti yang tergambar dalam video yang tersebar di masyarakat. Di dalam video tersebut Wiwin terlihat terbaring di rerumputan dalam keadaan bertelanjang dada dan terluka.
"SOP-nya seperti itu, nangkap Hercules gitu enggak, ditidurkan semuanya? Memang SOP-nya, karena takut dia bersenjata. kelompok ini jelas bomnya banyak, jadi harus dibuka (baju)," urainya.
(ahy/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini