Hal tersebut dirumuskan LSI berdasarkan survei capres dan cawapres yang telah dilakukan pada 1-8 Maret 2013. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan wawancara tatap muka dengan 1.200 orang responden. Margin of error 2,9 persen.
Pada survei tersebut, capres paling potensial Mega dan Ical berada di posisi 1 dan 2 mengungguli Prabowo Subianto. Sementara Jokowi menjadi kandidat cawapres paling potensial di atas JK dan Hatta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Simulasi di sini hanya menempatkan ketua struktural partai sebagai capres, digabungkan dengan prosentase elektabilitas partai, juga berita di media mengenai bursa capres dan cawapres," kata peneliti LSI, Adjie Alfaraby, dalam konferensi pers hasil temuan dan analisis survei nasional oleh LSI, di kantor LSI, Gedung Graha Dua Rajawali, Jalan Pemuda No. 70, Rawamangun, Jakarta, Minggu (17/3/2013).
Dia memprediksi tak akan ada koalisi Golkar-PD di Pilpres mendatang. Sementara koalisi PD-PDIP juga sulit terwujud karena kurang harmonisnya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Dewan Pembina PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Sampai saat ini komunikasi politik terkuat terjadi pada Prabowo-Hatta. Tapi, tak tertutup kemungkinan bahwa SBY melirik Prabowo sebagai calon terkuat koalisi, jika SBY ingin menjaga "trah" militer, Prabowo pilihan terbaik saat ini, maka Hatta bergabung dalam koalisi Demokrat-Gerindra," katanya.
Hitung-hitungan LSI memang Ical-Jokowi bisa menjadi kandidat capres paling top. Namun tentu langkah Jokowi ke Pilpres 2014 sangat bergantung restu Megawati.
"Kalau Jokowi sebagai cawapres Ical, itu hanya jika beliau bersedia. Calon terkuat lain menjadi cawapres Ical, adalah Mahfud MD," katanya.
(van/mad)