Melihat data itu, Menteri Negara Riset dan Teknologi (Meneg Ristek) Gusti Muhammad Hatta menyatakan kurang puas terhadap hasil riset di Perguruan Tinggi Negeri dan swasta di Indonesia.
“Melihat kenyataan di atas dan mencermati apa yang telah kita hasilkan hingga sekarang, terlihat masih belum menunjukkan hasil yang menggembirakan kita semua. Penurunan ini memprihatinkan, karena indeks tersebut mencerminkan kemampuan teknologi suatu Negara,” kata Gusti dalam keterangannya, Sabtu (16/3/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Gusti, penurunan peringkat dari 42 menjadi 50 disebabkan karena ’ABG’ (Akademisi, Business, Government) tidak bisa bersinergi dalam memproduksi hasil-hasil riset yang telah dihasilkan selama ini.
”Selain itu, infrastruktur dan birokrasi adalah juga menjadi penyebab yang membuat Indonesia turun peringkat. Dengan demikian, banyak hasil riset di Indonesia hanya sampai di prototipe atau hanya sampai di atas meja saja. Penyebab lainnya adalah pengusaha dan pemerintah yang belum bisa bersinergi dalam memproduksi hasil riset secara massal,” papar Gusti.
Pria asal Banjarmasin-Kalimantan ini berharap pada insentif SINas yang diberikan pemerintah. Insentif ini diharapkan bisa menjawab permasalahan yang ada di Indonesia.
“Saya berharap dengan adanya Insentif SINas, Perguruan Tinggi baik swasta dan negeri, Lemlit, LPPM dan konsursium riset, bisa menghasilkan riset atau penelitian yang bisa menjadi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi negeri kita tercinta ini, tentunya ABG harus bisa bersinergi,” harap Gusti.
Perlu diketahui Insentif Riset SINas adalah pendanaan riset yang ditujukan untuk penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) melalui peningkatan sinergi, produktivitas, dan pendayagunaan sumberdaya litbang nasional.
(trq/lh)