Jokowi dengan tangan terbuka menerima keluhan warganya. Di berbagai kesempatan, ia tak jarang dihadang warga untuk sekadar berbagi masalah dan meminta saran.
Beberapa warga yang curhat sampai-sampai tak kuasa menahan haru dan menangis di hadapan orang nomor satu di Jakarta itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut 4 momen air mata untuk Jokowi:
1. Tenaga Honorer Nangis Ingin Jadi PNS
|
Marshati, salah seorang pegawai TU honorer SMP Negeri 122 Jakarta, menangis saat saat bertemu Jokowi. Dia menangis sambil menyerahkan dokumen untuk menjadi perhatian Jokowi.
"Tolong bantuannya Pak. Tolong. Saya berharap sekali Bapak bisa perjuangkan nasib kami. Sekarang ada tujuh ribu orang TU dan keamanan masih menjadi pekerja honorer. Ini sejak 1994 tidak ada pengangkatan PNS Pak," ujar Marshati sambil menangis di Balaikota DKI, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2013).
Marshati yang mengenakan baju warna cokelat dan jilbab warna cokelat, bertemu Jokowi saat Jokowi keluar dari gedung Balaikota menuju gedung DPRD DKI untuk mengikuti rapat paripurna.
Marshati juga meminta, agar upah pekerja honorer juga dinaikkan. Minimal sesuai dengan UMP 2013.
"Saya ingin naik seperti UMP Pak, soalnya saat ini kami hanya menerima Rp 1 juta," katanya.
"Kami ingin ada pengangkatan pak menjadi PNS, karena sudah lama tidak ada pengangkatan," imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Jokowi yang tampak mengenakan setelan jas warna hitam dan dasi cokelat langsung menanyakan surat keluhan yang ingin disampaikan.
"Ya, ya. Ntar dicek. Ini mana surat-suratnya?" pinta Jokowi.
2. Anak Kecil Nangis Tak Kebagian Buku
|
Pembagian dilakukan saat Jokowi hendak meninggalkan lokasi kerja bakti, di RT 01 Kalimalang, Jakarta Timur, Minggu (17/2/2013). Warga dan anak-anak SD mengerumuni truk Satpol PP yang mengangkut buku, seragam, tas sekolah, dan beras satu kilo dalam plastik. Jokowi membagikan barang-barang itu.
Suasana agak riuh karena sebagian anak berebutan. Ada sebagian yang hanya mendapatkan buku, seragam, atau beras. Jokowi ikut membagikan barang-barang selama 15 menit. Kemudian ia meninggalkan lokasi.
"Kurang terkoordinir. Jadi ada yang dapat seragam dan beras, ada yang cuma dapat buku," kata seorang warga, Tini, kepada detikcom.
Beberapa anak tampak menangis. Mereka tidak mendapatkan apapun dan kegencet karena kalah 'kuat' dibanding teman-temannya. Beberapa warga menenangkannya.
Kedatangan Jokowi ke Kalimalang untuk memantau program Aksi Jakarta Bersih. Program ini digulirkan awal Pebruari lalu dan dilakukan secara terus-menerus dengan jangkauan yang lebih luas.
3. Ibu-ibu Nangis Minta Huni Rusun
|
Tiga ibu itu menyambangi Jokowi yang sedang meninjau Rusun Marunda, Jakarta Utara, Sabtu (2/2/2013).
Ketiganya menceritakan perjuangannya untuk dapat menghuni rusun yang kini laris manis itu. Salah satunya seorang warga korban banjir di Pluit, Tati Rohyati (60). Dua ibu lainnya juga punya keluhan serupa dan menangis.
"Saya belum dapat rusun, Pak. Saya kebanjiran belum punya rumah, sendirian. Minta rusun di sini, suami nggak ada 15 tahun ditinggal. Tolonglah saya, Pak," ujar Tati sambil menangis sesegukan dan membasuh air matanya.
Menanggapi keluhan para ibu, Jokowi segera menindaklanjutinya. "KTP-nya (fotokopi KTP) diambil, nanti langsung diproses ya," kata Jokowi dengan ramah.
Para ibu selanjutnya menyerahkan foto kopi KPT ke ajudan Jokowi.
4. Ibu Tua Nangis Anaknya Dipenjara
|
"Ibu itu cerita banyak, nggak hanya satu saja. Anaknya kena masalah, minta dibantu," kata Jokowi di Balai Kota sebelum berangkat meninjau wilayah Jakarta Utara, Kamis (18/10/2012).
Jokowi tak menjelaskan lebih lanjut mengenai isi pembicaraannya dengan ibu tua itu. Namun, Jokowi berjanji akan membantu ibu itu sesuai kemampuannya.
"Semua yang minta asal saya punya kemampuan saya membantu, saya akan bantu," ujar Jokowi.
Jokowi juga mengatakan, Balai Kota terbuka untuk siapa saja. Masyarakat yang hendak menyampaikan aspirasinya bebas datang ke Balai Kota.
"Harus dibuka, ada problem pribadi, kelompok, organisasi, kelurahan banyak, silakan. Saya terbiasa dengan hal itu," tuturnya.
Pagi ini, begitu tiba di Balai Kota , bahkan sebelum sempat masuk ke kantornya, Jokowi dihampiri seorang ibu tua. Ibu itu mendekati Jokowi sambil menangis dan membawa sepucuk surat berisi permintaan bantuan kepada mantan Wali Kota Solo itu.
Ibu yang mengenakan kebaya cokelat dan berkacamata itu mengaku bernama Eka Astuti. Dia datang ke Balai Kota menggunakan Transjakarta dari rumahnya di Jalan Pupan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Turun di Halte Monas, dia kemudian berjalan ke Balai Kota dan masuk dari gerbang depan. Kedatangannya ke Balai Kota adalah untuk meminta bantuan Jokowi terkait kasus hukum yang membuat anaknya, Teguh Budiono, dipenjara.
Eka menuturkan anaknya pernah disuruh menjual tanah yang ada di wilayah Karang Tengah, Lebak Bulus. Tanah itu merupakan milik seseorang yang dikenalnya. Kemudian Teguh pun menjual tanah itu ke Pemprov DKI. Urusan jual beli pun ditangani oleh Biro Perlengkapan DKI. Namun tak lama usai tanahnya dibeli, pemilik tanah merasa ada ketidakberesan dalam jual beli tersebut. Dia pun melaporkan Teguh dan oknum Pemprov DKI yang mengurusi jual beli itu ke polisi.
Setelah melalui proses hukum, Teguh akhirnya divonis bersalah dan dihukum satu setengah tahun penjara oleh PN Selatan. Sedangkan oknum Pemprov DKI tersebut bebas. Tak puas, jaksa pun banding vonis teguh. Di tingkat banding, Teguh divonis 8 tahun penjara. Hingga kini dia sudah menjalani kurang lebih 3 tahun masa hukumannya.
"Saya sudah ke MA, KPK dan DPR, tapi nggak ada hasilnya," tutur Eka sambil terisak.
Halaman 2 dari 5