Rombongan mulai berjalan sekitar pukul 15.00 WIB dari Balai Kota Semarang di Jl Pemuda. Tidak hanya ogoh-ogoh, akulturasi budaya juga terlihat semarak saat berbagai kebudayaan dipersembahkan di antara barisan pawai ogoh-ogoh.
"Di mana perbedaan yang ada agar bisa dimaknai sebagai kekuatan dan menjadikan kota yang kondusif," kata Plt Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi di Balai Kota, Jl Pemuda, Minggu (10/3/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum ogoh-ogoh raksasa, di barisan depan terlihat ogoh-ogoh mini yang diangkat oleh sejumlah anak-anak kecil. Selanjutnya barisan diikuti oleh berbagai kebudayaan diantaranya rebana, Li Ong, dan arak-arakan Warak Ngendhog.
Di barisan belakang, barulah terlihat ogoh-ogoh raksasa yang melambangkan Buto Ijo, Hiranya Kasipu, dan Nara Singa. Sementara di bagian akhir terlihat juga ogoh-ogoh Dewa Khrisna dan Marching Band Taruna Akpol.
Pawai ogoh-ogoh tersebut merupakan satu rangkaian acara peringatan Hari Raya Nyepi yang diselenggarakan Pemkot Semarang bertajuk Festival Lembayung Bali 2013. Acaranya sendiri sudah dimulai sejak Sabtu (9/3) kemarin dengan berbagai agenda di antaranya Charity Night yaitu penggalangan dana untuk Puri Giri Natha, dan tari Kecak Hanoman Obong.
"Rangkaian acara ini sekaligus mendukung program Ayo Wisata ke Semarang dan Visit Jateng Year 2013 sebagai salah satu simbol wisata keanekaragaman seni dan budaya," imbuhnya.
Setelah tiba di lapangan Simpang Lima, acara dilanjutkan dengan tarian Pendet dan dilanjutkan sendra tari Ramayana.
Pawai ogoh-ogoh berlangsung cukup meriah, bahkan kemacetan pun tidak terhindarkan. Dari kawasan Simpang Lima dan sepanjang Jl Pandanaran menuju Jl Pemuda sempat penuh sesak sekitar 30 menit.
(alg/nrl)