Mengenal Budapest, Kota Klasik di Eropa Tengah

Laporan dari Budapest

Mengenal Budapest, Kota Klasik di Eropa Tengah

- detikNews
Sabtu, 09 Mar 2013 06:54 WIB
(Dok Foto: Taufik Hidayat-detikTravel)
Jakarta - Suasana klasik Eropa Tengah begitu kental terasa di Kota Budapest, Hungaria. Bangunan-bangunan tua yang masih dipertahankan seolah menjadi mesin waktu yang membawa pengunjung ke masa lalu.

Detikcom berkesempatan untuk mengunjungi kota ini selama 3 hari 2 malam sejak 6-8 Maret 2013. Suhu yang hanya 5 derajat celsius ditambah angin kencang menyambut saat kami baru saja tiba di Bandara Ferenc Liszt, Budapest.

Dari bandara menuju hotel Four Season tempat menginap, ditempuh dalam waktu sekitar satu jam. Tidak tampak kepadatan lalu lintas selama perjalanan. Jalan rayanya berukuran cukup besar, sementara volume kendaraannya tak banyak. Pohon-pohon kering tanpa daun tampak berjejer di sepanjang jalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kamu tahu salah satu kelebihan Eropa apa? Karena infrastrukturnya bagus, sehingga dari sisi fasilitas dan geografis menjadikannya lebih mudah," ujar Sekretaris I Pensosbud KBRI Hungaria Inggrid Rosalina saat berbincang dengan detikcom.

Kata Budapest berasal dari nama dua kota yakni Buda dan Pest. Awalnya dua kota ini dipisahkan oleh Sungai Duna. Dibangunlah jembatan di atas Sungai Duna untuk menghubungkan kedua kota tersebut yang selesai pada 1849. Jembatan ini menjadi simbol penggabungan dua kota. Sehingga pada tahun 1885 wilayah ini berubah nama menjadi Budapest.

Arsitek jembatan bergaya klasik sepanjang 380 meter ini adalah Tierney William Clark dari Inggris. Di ujung jembatan, yakni wilayah Buda dibangun terowongan yang juga menghubungkan wilayah Buda dan Pest.

Sementara di ujung jembatan di wilayah Pest, berdiri sebuah bangunan Istana Gresham karya asitek Zsigmod Quiiner yang dibangun pada tahun 1907 sebagai kantor cabang Gresham Insurance, London. Kini, bangunan tersebut menjadi hotel Four Seasons.

Pusat Kota (Centrum) Budapest adalah wilayah sekitar Vaci ut, Vorosmarty ter, Kossuth Lajos ut dan jalan-jalan di sepanjang sungai Duna antara jembatan Erzebet dan jembatan Szechenyl Lancid. Kawasan tersebut merupakan pusat keramaian, baik siang maupun malam hari.

Berbagai night club, casino, Coffe House, Discotheque, Bar dan restoran meramaikan kehidupan Budapest.

Sementara karakter penduduk Hungaria mempunyai sikap terbuka dan senang bersahabat. Mereka menyenangi pesta, minum-minum, mempunyai rasa humor yang tinggi dan menyukai lelucon.

"Masyarakat di sini baik-baik, mereka kepada pendatang baik sekali. Tidak seperti di Jerman, Prancis atau Rusia yang rasis," jelas Inggrid.

Mata uang Hungaria adalah Forint. Jika dilihat kurs per 7 Maret 2013, 1 USD sama dengan 220 Forint. 1 Euro sama dengan 290 Forint. Sementara 1 Forint sekitar Rp 42. Sekedar informasi, pemberian tip untuk pelayan, sopir taksi dan lainnya sudah menjadi kebiasaan warga Hungaria.

Jika ingin berbelanja, beberapa toko souvenir di daerah wisata menawarkan diskon. Anda pun harus lihai menawar jika ingin mendapat harga yang miring.

Dari sisi kuliner, makanan Hungaria banyak memakai bumbu dan cabe/paprika. Makanan khas Hungaria yang terkenal adalah Gulyas (Goulash) dan Halaszle (soup ikan). Sementara kue-kue khas Hungaria antara lain Pogacsa, Francia Kremen dan Palacsinta.

"Kita punya sejarah kerjasama yang lama dengan Hungary, sejak zaman Presiden Soekarno," ungkap Inggrid menutup perbincangan.

(mpr/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads