"Adalah hak seseorang adalah pilihan seseorang apakah mau tetap di luar negeri atau kembali ke tanah air. Itu hak. Tidak boleh saya (memaksa) harus ke Tanah Air, atau tetap di luar negeri, Di manapun asalkan jangan melupakan negeri kita," ungkap SBY di di ruang Ballsaal Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman, Selasa (5/3/2013).
SBY mengatakan dirinya tidak memaksa para mahasiswa untuk tetap di luar negeri setelah lulus atau kembali ke Indonesia. Meski begitu para mahasiswa diharapkan dapat terus berpikir apa yang dapat diberikan untuk Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya melarang menteri-menteri saya memanggil orang-orang hebat di luar negeri tanpa memberi, Dipanggil untuk apa, mau dijadikan apa, pekerjaannya apa, kalau oke semua saya dukung, undanglah kembali untuk memajukan negaranya," lanjutnya.
SBY mengungkapkan bahwa dalam data statistik yang dimiiliknya ada banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri seperti di Australia, Amerika, Eropa dan di banyak negara lainnya. Kebanyakan dari mereka belajar di bidang ekonomi, hukum, bisnis dan politik.
"Tapi ada satu, kalau tidak banyak yang belajar enginering, nanti negara kita banyak politisi, banyak lawyer, banyak pebisnis, bagus sih bagus tapi nanti pincang. Oleh karena itu, dengan Jerman ini kita ingin ada kerjasama yang real untuk memproduksi kerjasama enginer, teknologi agar mereka siap mental untuk membangun infrastrukutr yang banyak kita lakukan, tapi saya menghitung, banyak rektor ITB, Unpad, UI, UGM, menristek, mendikbud saya ajak di kantor, semua sependapat yang kurang enginer, oleh karena itu Jerman tempat yang baik," tutupnya.
(mpr/rmd)