5 Hal Unik Kota Medellin, dari Kota Kartel Narkoba Jadi Kota Terinovatif

5 Hal Unik Kota Medellin, dari Kota Kartel Narkoba Jadi Kota Terinovatif

- detikNews
Selasa, 05 Mar 2013 10:48 WIB
5 Hal Unik Kota Medellin, dari Kota Kartel Narkoba Jadi Kota Terinovatif
Jakarta - Kota Medellin di Kolombia dinobatkan menjadi kota paling inovatif di dunia oleh Wall Street Journal (WSJ), Citi, dan Urban Land Institute (ULI). Padahal Medellin pada 2 dekade lalu bak 'Gotham City' yang gelap, markas kartel narkoba Medellin dengan gembongnya Pablo Escobar, yang penuh dengan kekerasan. Apa saja yang membuat Medellin jadi kota paling inovatif?

Seleksi kota paling inovatif ini diusung 3 lembaga tersebut sejak 28 Juni 2012 lalu yang awalnya ditentukan 200 kota. Kemudian dari 200 itu disaring menjadi 25 kota pada 23 Agustus, komposisi keputusan 75% oleh ULI dan 25% oleh voting publik. Hingga akhirnya muncul 3 kota yang komposisi keputusannya 50% ULI dan 50% publik.

Akhirnya dari 980 ribu pemilih online yang hasilnya diumumkan pada awal Maret 2013, Medellin pun mengalahkan New York City dan Tel Aviv! Hal itu bukan berarti Medellin nol kekerasan. Kekerasan itu masih ada, namun relatif berkurang karena transformasi yang dijalankan oleh pemerintah kotanya yang saat itu dikomandani Wali Kota Sergio Fajardo, yang kini menjadi gubernur Antiquoia. Dan Fajardo kini diteruskan oleh Anibal Gaviria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa saja yang dinilai unik dari Kota Medellin? Berikut seperti dilansir dari uli.org dan berbagai sumber:

1. Eskalator Raksasa

(dok The Telegraph)
Ibu kota negara bagian Antiquoia ini memiliki eskalator alias tangga berjalan raksasa sebagai alat transportasi. Alat ini dioperasikan sejak akhir Desember 2011 di kawasan Distrik Komuna 13. Distrik ini terletak di perbukitan yang dihuni 12 ribu warga, yang mayoritas miskin.

Eskalator ini menghubungkan kawasan perbukitan itu dengan pusat kota dan digunakan secara gratis! Eskalator ini dibagi 6 seksi berjenjang yang terbagi naik atau turun yang menanjak dengan panjang total 384 meter.

Adanya eskalator ini memangkas waktu perjalanan warga yang sebelumnya hanya berjalan kaki menuruni perbukitan selama 1,5 jam menjadi 'hanya' 5 menit saja. Eskalator ini dibangun dengan biaya US$ 7 juta alias Rp 67 miliar.

2. Kereta Gantung

dok ecofriend.com
Cable car atau kereta gantung juga menjadi alat transportasi di Kota Madellin, bukan hanya atraksi wisatawan semata. Transportasi ini dibentuk untuk menghubungkan bagian-bagian Kota Madellin yang strukturnya berbukit-bukit.

Sistem transportasi kereta gantung ini sudah dioperasikan sejak 2004 dan diberinama Metrocable. Sistem ini terintegrasi dengan sistem kereta metro yang sudah ada. Hingga tahun 2013 ini, sudah ada 3 jalur kereta gantung ini, yang dibuka pada 2008 dan 2009.

Biaya investasinya, sebagai gambaran pada 2004, dibangun 4 stasiun Metrocable beserta armadanya yang melayani 1,8 km, dengan biaya US$ 26 juta atau Rp 252 miliar. Sistem Metrocable itu bisa menggerakkan 20 ribu orang dengan waktu tempuh maksimal 45 menit, dari 2,5 jam.

Daerah-daerah yang selama ini terisolasi, kumuh dan penuh kriminal dengan mudah terhubung ke pusat kota. Di sepanjang wilayah jalur Metrocable ini telah berkembang ruang-ruang kreatif publik seperti lapangan, restoran, taman dan pusat kebudayaan.

Kereta gantung ini memakai sistem Monocable Detachable Gondola dengan kecepatan 16 km per jam dengan jarak tempuh layang tertinggi 399 meter.

3. Perpustakaan

dok discovercolombia.com
Wali Kota Fajardo saat itu juga memerintahkan membangun perpustakaan-perpustakaan bukan di daerah elite, melainkan malah di daerah kumuh dan miskin.

"Kami membuat ruang publik di kota yang kami yakin tahu bahwa daerah itu sangat membutuhkan, dan kami sedang mendesain arsitekturnya sebagai program sosial. Sebagian orang berkata itu 'hanya gedung' tapi itu tidak hanya gedung. Itu ruang publik dan harga diri ruang publik berarti keseluruhan komunitas tertanam di sini. Keseluruhan komunitas mencerminkan ini," kata Fajardo kepada Majalah Newsweek pada 2010 lalu.

Nah, Fajardo mengatakan gedung-gedung itu dibangun oleh beberapa perusahaan lokal dalam sistem CSR-nya. Selain perpustakaan juga membangun taman kota dan sekolah. Salah satu contohnya adalah Parque Biblooteca Espana, yang arsitekturnya sangat khas dan menjadi landmark.

Hingga kini, ada 5 proyek perpustakaan yang sedang digarap. Dan Fajardo menjadi katalis perkembangan kota itu.

"Ruang publik adalah kualitas tertinggi di suatu lokasi, di mana perpustakaan ditujukan kepada jantung komunitas, di mana satu komunitas saling memperkaya perpustakaan. Semua warga bisa mengakses buku, teknologi, pusat kewirausahaan dan semua alat yang dibutuhkan untuk pembangunan," jelas Fajardo.

4. Ruang Kreatif Publik & Taman Botani

dok pbs.org
Fajardo kemudian juga merenovasi taman botani Jardin Botanico and Orquideorama, taman botani yang mengoleksi varian anggrek dari berbagai negara tropis. Bahkan arsitektur dan rancangan paviliun taman botani ini juga dipikirkan, yakni atap-atap kayu berbentuk hexagon.

Proyek lain termasuk sekolah dan pusat komunitas, juga dipikirkan bentuk arsitekturnya. Fajardo memang membuat pendidikan sebagai sektor prioritas namun memakai arsitektur sebagai alat dalam proses pendidikan.

"Orang-orang yang mengatakan gedung yang indah tidak meningkatkan pendidikan tidak mengerti hal-hal yang kritis. Langkah awal dalam memperbaiki kualitas pendidikan adalah kualitas ruang. Bila anak termiskin di Medellin tiba di kelas terbaik di kota ini, itu adalah pesan sosial yang kuat," jelas Fajardo.

5. Melibatkan Warga dalam Pembangunan

dok sustainabilityformas.se
Dalam mengubah Medellin, Fajardo melibatkan warganya dalam perencanaan hingga pelaksanaan. Hal ini membuat hubungan yang sangat berbeda antara birokrasi perencanaan dan warga.

Dia membuat pakta sipil dengan berbagau konstituen berbeda. Bukan memberikan janji-janji, namun memberikan sub-tanggung jawab akan sukses atau tidaknya suatu program. Fajardo menyadari bahwa mengizinkan konstituen mengambil peranan untuk sukses adalah insentif yang kuat untuk bekerja sama.

Kemampuannya membuat kerja sama warga dan birokrasi ini menjadi legendaris. Keberhasilannya bukan miliknya seorang, karena Fajardo bekerja dengan para pemimpin yang ahli di berbagai bidang dari keuangan, pendidikan, tata kota, yang dikenal dengan nama Goup 50, yang belakangan berkembang menjadi 200 -- yang kemudian menjadi otak dan kepercayaannya. Kelompok ini mengadakan pertemuan serius berkala mencari solusi spesifik dari masalah kota.
Halaman 2 dari 6
(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads