Cegah Pemerkosaan Inses, Ajari Keluarga Laki-laki Hargai & Hormati Perempuan

Cegah Pemerkosaan Inses, Ajari Keluarga Laki-laki Hargai & Hormati Perempuan

- detikNews
Kamis, 21 Feb 2013 18:57 WIB
Jakarta - Pemerkosaan pada anak-anak perempuan yang dilakukan ayah kandungnya seharusnya bisa dicegah dari dalam keluarga itu sendiri. Nah, bagaimana harus mempercayai sekaligus mewaspadai kelakuan anggota keluarga laki-laki, terutama kepada anak-anak perempuan?

"Pertama, mari kita berlakukan zero tolerance terhadap segala bentuk kekerasan, apalagi kekerasan seksual," jelas pendiri dan CEO kelompok pendukung korban pemerkosaan yang bertahan (survivor) Lentera Indonesia, Wulan Danoekoesoemo, ketika berbincang dengan detikcom, Kamis (21/2/2013).

Kedua, harus ada perubahan dari dalam keluarga itu sendiri untuk mengajarkan anak perempuannya berhati-hati akan tubuhnya. Kemudian, mengajarkan anak laki-laki dan keluarga laki-laki untuk menghormati perempuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang mungkin menarik untuk dilakukan, ajaklah pada suami-suami kita, adik laki-laki kita untuk menghargai perempuan. Karena perempuan bukan obyek, bukan atribut laki-laki. Kata kuncinya respek. Belajar menghargai dan memahami kesetaraan," kata Wulan.

Wulan menjelaskan, pelaku kekerasan termasuk seksual, biasanya mengalami sebuah lingkaran setan. Pelaku biasanya adalah korban kekerasan di masa lalu dan melanjutkan rantai kekerasan itu pada orang lain.

Dan anak yang menjadi korban kekerasan seksual itu biasanya mengalamai trauma psikologis seperti mengalami mimpi buruk dan yang berat, tidak percaya lagi pada orang lain.

"Anak kecil kan nature-nya percaya pada semua orang. Dia percaya semua orang itu baik. Kalau ada orang yang melanggar ini, dia bisa susah dekat dengan orang lain. Kalau besar susah percaya dengan pasangan, dengan orang lain," jelas Wulan yang juga psikolog pasca trauma ini.

Pemulihan bagi anak korban pemerkosaan, imbuhnya, bisa berbeda-beda waktunya. Namun yang terpenting, korban harus ada kesadaran untuk memulihkan dirinya sendiri.

"Untuk pulih, itu pilihan. Luka itu mau diatasi, dipulihkan, atau didiamkan saja? Kita memutuskan menjalani pemulihan, harus mau mengingat apa yang terjadi di masa lalu dan itu seringkali menyakitkan," tutur Wulan.

(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads