Cerita ini dituturkan ibu Eliyas, Ketumbar (41), yang tengah menunggui kembaran Dera, Dara, yang kini masih dirawat di RSUD Tarakan, Jl Kiai Caringin, Jakarta Pusat, Senin (18/2/2013).
"Waktu nyari rujukan rumah sakit nggak dapat-dapat, dia (Eliyas) sempat pingsan," ujar Ketumbar saat berbincang dengan detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu dikasih tahu pihak rumah sakit bahwa infus Dara nggak bisa masuk, Eliyas pingsan lagi," ujar perempuan yang juga terlahir kembar tersebut.
Kematian Dera membuat psikologi Eliyas terpuruk. Menurut Ketumbar, kematian Dera membuatnya khawatir jika hal yang sama juga akan menimpa Dara.
"Makanya semalam dia nggak ikut mengantar ke RS Tarakan ini," ujar perempuan yang memiliki kembaran bernama Jinten ini.
Ketumbar juga mengatakan telah seharian menunggu cucunya di RS Tarakan dan belum sempat pulang ke rumah. Meskipun ia tidak diizinkan untuk masuk ke ruang NICU tempat cucunya dirawat tersebut. "Semalam tidur di kursi tunggu aja. Karena harus ada pihak keluarga yang menunggu kan," pungkasnya.
Dera Nur Anggraini meninggal dunia setelah upaya pengobatan terhadapnya ditolak rumah sakit besar di Jakarta. Dera meninggal dunia pada Sabtu (16/2) pukul 18.00 WIB. Dera merupakan putri pasangan Eliyas dan Lisa (20), warga Jalan Jati Padang Baru, RT 14/6, Pasar Minggu, Jaksel. Eliyas hanya bekerja sebagai pedagang kaki lima yang menjajakan kaus kaki dan sandal.
Dera lahir kembar dengan Dara melalui operasi cesar. Dara, kembaran Dera masih dirawat di RS Tarakan. Keduanya lahir pada Senin (11/2) dini hari di sebuah klinik.
"Setelah lahir, saya diberitahu dokter bahwa Dera sakit. Nggak bisa minum ASI, jadi hanya bisa sampai tenggorokan," jelas Eliya sedih.
Mendapatkan kabar itu, Eliyas pun bergegas mendatangi sejumlah rumah sakit besar baik milik pemerintah ataupun swasta di Jakarta. Sedikitnya ada 8 rumah sakit besar yang didatangi Eliyas, tapi semuanya menutup pintu bagi perawatan Dera dengan alasan ruang ICU sudah penuh.
(rmd/nrl)